Dalam
al-Qur’an al-mal ada 86 kali pada 76 ayat dalam 38 surat. Ada beberapa
kata yang digunakan al-Qur’an untuk memaknai harta, namun dalam artikel ini kami
hanya akan memaparkan salah satu diantara ayat-ayat harta untuk menjelaskan
kedudukan harta di dalam al-Qur’an. Pada hakikatnya Allah adalah pemilik harta
secara mutlak yang kemudian diberikan kepada hamba Nya sebagai titipan yang
harus dijaga, sebagai perhiasan dalam hidupnya, sebagai ujian keimanan, dan
bekal untuk beribadah kepada Nya dalam surat al-kahfi ayat 46 yang berbunyi:
الْمَالُ
وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ
عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Artinya:
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan
yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya disisi tuhanmu serta lebih baik
untuk menjadi harapan.”(“TAFSIR
AYAT-AYAT AL-QURAN.pdf,” n.d.)
Allah menjelaskan bahwa harta dan
anak-anak merupakan perhiasan di dunia. Namun sesuatu yang dapat memberikan
kebahagiaan dan kemanfaatan ialah tidak lain dari amalan-amalan sholih seperti
halnya sholat, zakat, puasa serta berbakti kepada orang tua dan lain
sebagainya.(Masrur, 2017). Dalam surat al
Kahfi ayat 46 menjelaskan bahwa kata Al Mal yang berkedudukan sebagain Zinah
sesungguhnya dapat melalaikan seseorang terhadap nikmat Allah SWT.
Penamaan zinah/hiasan lebih tepat
daripada menamainya (qimah/berharga/bernilai), karena kepemilikan harta
dan anak tidak dapat menjadikan kita
berharaga/mulia melainkan melalui iman dan amal saleh kita sendiri, seperti
yang sudah disebutkan di atas, tentang sholat, zakat, puasa,dll.
Kemudian
di ujung ayat Al-Baqiyat al-salihat penggunaanya tidak di maksudkan untuk
meremehkan kedua kata kunci dalm ayat tersebut (harta dan anak), melainkan al
baqiyyat (kekal), hanya untuk perbandingan. Jika ingin mencapai kebahagiaan di
dunia harta dan anak-anak itu sebuah keniscayaan.
Apabila
yang di harapkan kebahagiaan haqiqi, kebahagiaan yang kekal sebenarnya bersama
Allah SWT jawabannya adalah amal saleh, dengan mengupayakan dan menggunakan hartanya untuk beramal saleh,
ataupun memiliki anak yang saleh itu adalah buah hasil amal mereka mendidik
anak-anaknya menjadi saleh.(“TAFSIR
AYAT-AYAT AL-QURAN.pdf,” n.d.)
Harta
dan dan Anak-anak merupakan dua hal yang sangat diperhatikan seseorang dalam kehidupannya
karena keduanya dapat memberikan
pengaruh terhadap kedudukan serta martabat seseorang. Seperti yang telah
tergambarkan dalam kisah Uyainah pemuka Quraisy yang memiliki banyak harta
serta banyak anak buah.
Silahkan ditanggapi paragraf yang bertulisan Bold-Italic di atas
Di bold italic tersebut di terangkan bahwa harta dan anak hanya perhiasan belaka di dunia. Di sini diredaksi harta di dahulukan ketimbang anak, karena untuk meraih sebuah kebahagian harus ada hartanya, untuk kesejahteraan dan sebagainya. Namun, dari kata anak hanya perhiasan belaka di dunia. Seolah-olah mendiskreditkan anak dan melemahkan hak-hak anak. Lantas bagimana peran anak dalam amal soleh?. Anak juga sebagai generasi penerus orang tuanya, apabila dapat mendidik dengan baik dan sesuai dengan ajaran Allah dan rosulnya, maka akan jadi amal soleh yang terus hidup. Seperti yang didawuhkan Rasullah SAW perihal 3 pahala yang tidak pernah putus sampai mati.
BalasHapusItu baru satu generasi anaknya mengajarkan apa yang di contoh kan orang tuanya kepada generasinya turun temurun. Apakah tidak lebih hebat ganjaran pahalnya dari harta?...
Sesuai yang saya baca, dalam ayat itu tertulis bahwa harta di dahulukan dari anak padahal anak
Hapuslebih dekat dlam hati manusia, karena harta sebagai perhiasan lebih
sempurna dari pada anak. Harta dapat menolong orang tua dan
anak setiap waktu dan dengan harta itu pula kelangsungan hidup
keturunan dapat terjamin. Kebutuhan manusia terhadap harta lebih
besar daripada kebutuhannya kepada anak.
Selanjutnya peran anak Sholeh bagi orang memang penting. Namun adanya anak Soleh karena hasil dari amalan Soleh orang tuanya, maka dari itu anak dikatakan sebagai hiasan karena hal yang paling penting ialah amal kebaikan setiap orang.
Menurut kitab bahjatul wasail, al qur'an membagi anak menjadi 4 tingkatan, yakni
Hapus1. Anak dan harta benda sebagai penyejuk hati ( قُرَّةَ اَعْيُن ), yaitu anak yang bisa memberi manfaat pada orang lain khususnya kepada kedua orang tuanua, manfaat di duni dan akhirat seprti dalam surat al furqon ayat 74.
Allah SWT berfirman:
وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا
"(Dan orang-orang yang berkata, Ya Rabb kami! Anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami) ia dapat dibaca secara jamak sehingga menjadi Dzurriyyaatinaa, dapat pula dibaca secara Mufrad, yakni Dzurriyyatinaa (sebagai penyenang hati kami) artinya kami melihat mereka selalu taat kepada-Mu (dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.) yakni pemimpin dalam kebaikan."
2. Anak dan harta benda sebagai perhiasan hidup atau kesenangan hidup ( زِيْنَةلَكُمْ ) yaitu anak yg menjadi kesenangan orang tuanya atau pmiliknya... anak tingkat ini hanya bermanfaat di dunia tapi tidak bermnfaat d akhirat seperti dalam surat al kahfi ayat 46 tersebut
3. Anak dan harta benda sebagai fitnah. Yaitu ank dan harta itu melakukan perbuatan yang bisa menjadi fitnah atau bencana. Jauh dari ketentuan akhirat sepertj dalam surat al anfal ayat 28
Allah SWT berfirman:
وَا عْلَمُوْۤا اَنَّمَاۤ اَمْوَا لُكُمْ وَاَ وْلَا دُكُمْ فِتْنَةٌ ۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗۤ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
"(Dan ketahuilah bahwa harta kalian dan anak-anak kalian itu hanyalah sebagai cobaan) buat kalian yang menghambat kalian daripada perkara-perkara akhirat (dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar) maka janganlah sekali-kali kalian melewatkan pahala yang besar sehingga kalian mau berbuat khianat demi untuk mereka. Ayat berikut diturunkan berkenaan dengan tobatnya Abu Lubabah."
4. Anak,istri yang menjadi musuh pada orang tua atau suaminya bsok di ahirat karena mereka tidak dididik sesuai syariat islam. Khususnya anak orang kafir... dlam surat at taghobun ayat 14-15
Allah SWT berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّ مِنْ اَزْوَا جِكُمْ وَاَ وْلَا دِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَا حْذَرُوْهُمْ ۚ وَاِ نْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِ نَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"(Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istri kalian dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka berhati-hatilah kalian) janganlah kalian menaati mereka sehingga menyebabkan kalian ketinggalan tidak mau melakukan perbuatan yang baik, seperti berjihad dan berhijrah. Karena sesungguhnya latar belakang turunnya ayat ini adalah karena menaatinya (dan jika kalian memaafkan) mereka yang telah memperlambat kalian untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, karena alasan bahwa mereka merasa berat berpisah dengan kalian (dan tidak memarahi serta mengampuni, mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)."
Allah SWT berfirman:
اِنَّمَاۤ اَمْوَا لُـكُمْ وَاَ وْلَا دُكُمْ فِتْنَةٌ ۗ وَا للّٰهُ عِنْدَهٗۤ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
"(Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian hanyalah cobaan) bagi kalian yang melupakan kalian dari perkara-perkara akhirat (dan di sisi Allah lah pahala yang besar) maka janganlah kalian lewatkan hal ini, karena kalian sibuk dengan harta benda dan anak-anak kalian."
(QS. At-Taghabun 64: Ayat 15)
Jadi,maksud anak sebagai perhiasan dunia dalam ayat tersebut, bukan untuk mendiskreditkan anak,melainkan tingkatan anak itu memang ada 4 dalam Al Qur an.yakni sebagai penyejuk hati,perhiasan, fitnah dan musuh
HapusSetelah saya baca dan saya pahami. Bahwa harta dan anak merupakan perhiasan bagi manusia yang dimana harta dan anak ini bisa menjadikan dua sisi atau dampak bagi kita. Ada sisi positif dan sisi negatif tinggal kita saja bagaimana cara berprilaku kuta kepada ke duanya. Harta bisa menjadi pahala jika harta disalurkan ke amal shalih, anak pun juga sama bisa memberikan dampak yang baik jika kita bisa membimbing dengan baik menjadi anak yang shalih dan berbakti kepada orang tua.
BalasHapusDalam tafsir kemenah RI dijelaakan, bahwasannya Allah menjelaskan bahwa yang menjadikan kebanggaan manusia di dunia ini adalah harta benda dan anak-anak, karena kedua hal ini menusia sabgat memeprhatikan keduanya. Allah juga mebegaskan keduannya hanyalah perhiasan duniaw, dan keduanua akan binasa. Mengenai urutan ayat, harta disebutkan atau didahulukan karena harta dapat menolong orang tua dan anak dan dengan harta kelangsungan hidup keturunan terjamin.
BalasHapusSaya lebih setuju bahwasannya memang harta memang bersifat duniawi saja, harta yang tidak dimanfaatkan dengan benar hanya bermanfaat di dunia saja, amalan yang dilakukan seseorang memeang bersifat kekal, begitupun anak shaleh dan berbakti kepada kedua orang tua.
Disebutkan diatas bahwa harta muncul terlebih dahulu karena hartaerupakan kuasa kita jika kita mempunyai harta atas nama kita sendiri kita bisa menggunakannya sesuai dengan keinginan kita misalnya untuk beramal untuk fasilitas ibadah,dll. Anak disebutkan setelah harta karena hati dan pikiran manusia tidak ada yang tau bisa kapan saja anak meninggalkan orang tuanya.memang benar anak yang sholeh akan menjadi amal yang tidak akan terputus pahalanya tetapi manusia tempatnya lupa dan salah jika suatu saat anak lupa kepada orang tuanya kan bisa saja jadi pantas jika harta disebutkan diawal dan anak setelahnya. Dan keduanya memang hanyalah hiasan dunia saja karena jika kita sudah meninggal maka harta dan anak tidak mungkin akan ikut kita kubur dan bawa sampai ke alam barzah.
BalasHapusHarta dan anak merupakan perhiasan dunia, disini saya akan menambahi bahwa pada dasarnya yang memberikan kebahagiaan dan kemanfaatan itu tidak hanya harta dan anak saja tidak lain adalah amalan-amalan kita sendiri. Sedangkan harta dan anak itu hanyalah harapan yang belum pasti karena disitu ada nilai positif dan negatifnya tergantung pada seseorang itu memperhatikannya atau tidak.
BalasHapussedikit menambahi, namun bila kita memperhatikan atau tidak harta tersebut jika digunakan pada jalan yang tidak baik, maka kita akan sulit mencapai kebahagian di akhirat kelak dan begitu juga sebaliknya. Sedangkan, harta yang ada di dunia ini hanyalah bersifat sementara. Jadi, kepunyaan manusia hanya sebatas mempergunakan apa yang dititipkan oleh Allah swt yang mana nantinya akan di pertanggung jawabkan nantinya.
HapusHarta dan anak merupakan sesuatu yang berharga dalam sebuah rumah tangga. Siapapun yang sudah berkeluarga tentu menginginkan harta yang cukup dan anak sebagai penyempurnanya. Namun keduanya juga dapat menjadi boomerang, seperti contoh seseorang ketika bekerja pasti akan berusaha sekuat tenaga agar mendapat tunjangan yang besar hingga berbagai upaya pun dilakukan tanpa melihat langkahnya baik atau buruk. Begitupun anak, anak yang tidak berakhlak, tidak menghormati orangtuanya kelak di akhirat hanya akan menjadi beban orang tuanya. itulah kenapa salah satu hal yang tidak terputus ketika seseorang meninggal adalah doa anak yang sholeh atau sholehah.
BalasHapusitu semua tergantung dari cara kita memandang harta itu bagaimana, dan harta sebagai perhiasan duniawi saja tidak lebih. yang lebih hanyalah amalan-amalan yang kita lakukan.
HapusHarta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya disisi tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Al-Kahfi ayat 46). Sedikit tambahan dari saya. Seperti apapun Anaknya, jika tidak diajarkan kepada kebaikan, namun tidak mendatangkan harta yang baik pula. Maka dari itu, yang harus ditekankan yaitu akhlak anak tersebut. Jika akhlaknya baik, maka mencari hartapun dengan cara yang baik. Akan tetapi, jika akhlaknya buruk, maka mencari hartapun kemungkinan pula buruk. Maka kesimpulannya tekankanlah akhlak pada anaak pada usia dini agar mencari harta dengan jalan yang baik
BalasHapusMaaf sebelumnya, saya ingin bertanya mengenai pernyataan anda. Njenengan memaparkan seperti itu berdasarkan dari tafsir apa ya?
Hapusوَقَوْلُهُ: {الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا} كَقَوْلِهِ {زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ} [آلِ عِمْرَانَ:14] ، وَقَالَ تَعَالَى: {إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ} [التَّغَابُنِ:15] أَيْ: الْإِقْبَالُ عَلَيْهِ وَالتَّفَرُّغُ لِعِبَادَتِهِ، خَيْرٌ لَكُمْ مِنَ اشْتِغَالِكُمْ بِهِمْ وَالْجَمْعِ لَهُمْ، وَالشَّفَقَةِ الْمُفْرِطَةِ عَلَيْهِمْ؛ وَلِهَذَا قَالَ: {وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا} قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ، وَسَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ، وَغَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ السَّلَفِ: "الْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ" الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ.
BalasHapusDidalam tafsir ibnu katsir Q.S. al-kahfi 46 menjelaskan tentang pentingnya melakukan amal saleh, bahwa menghadap kepada Allah dan menyempatkan waktu luang untuk beribadah lebih baik dari pada menyibukkan diri dengan harta dan berkumpul dengan anak-anak serta belas kasihan yang berlebih terhadap mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan al-baqiyaat as-shaalihaat ialah shalat lima waktu. Jadi mengapa kata Al-Mal yang berkedudukan Zinah bisa melalaikan seseorang terhadap nikmat Allah, sebab, semua perhiasan cenderung akan melalaikan manusia dari nikmat Allah, sedangkan amal shalih ( shalat lima waktu) akan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang lebih indah lagi kekal.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBahwasanya Harta benda dan anak-anak menjadi suatu kebanggaan manusia dalam kehidupan didunia ini. Karena manusia sangat memperhatikanya. Banyak harta dan anak dapat memberikan kehidupan dan martabat yang terhormat kepada seseorang yang memilikinyaAllah SWT menegaskan bahwa harta dan anak itu hanyalah perhiasan hidup duniawi, bukan perhiasan dan bekal untuk ukhrawi. Hal yang patut dibanggakan adalah amal , yang Dimana ada amal kebaikan dan amal ibadah seperti shalat,puasa dll.
BalasHapusAnak merupakan sebuah anugragh Dari Allah SWT. tentunya anak sangat berharga bagi orang tuanya, anak juga amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang tua yang harus dijaga dengan sebaik baiknya.
Semua orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang sholeh sholeha didunia Maupun Di akhirat , orang tua adalah koco benggolo sebagai tauladan anak-anak. Maka dari itu sebagai orang tua Harus menanamkan aqidah dan akhlak yang baik sesuai dengan syariat Islam.
لْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
BalasHapusالأموال والأولاد جَمال وقوة في هذه الدنيا الفانية، والأعمال الصالحة -وبخاصة التسبيحُ والتحميد والتكبير والتهليل- أفضل أجرًا عند ربك من المال والبنين، وهذه الأعمال الصالحة أفضل ما يرجو الإنسان من الثواب عند ربه، فينال بها في الآخرة ما كان يأمُله في الدنيا.
Harta benda dan anak-anak adalah keindahan dan kekuatan di dunia yang fana ini, sedang amal-amal shalih (terutama bacaan tasbih, tahmid, dan takbir, serta tahlil) lebih besar pahalanya di sisi tuhanmu daripada kekayaan dan anak keturunan. Amal-amal shalih ini adalah hal yang paling utama diharapkan oleh manusia yang dapat menghasilkan pahala di sisi tuhannya, sehingga dia di akhirat kelak akan memperoleh apa yang diimpikannya di dunia.
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan dunia.” Dimana yang dimaksud perhiasan hanyalah sebagai sesuatu yang digunakan untuk memperindah, memperhias,dan mempercantik. bukan merupakan sesuatu yang sangat-sangat diformalitaskan. Dengan begitu walaupun hanya menjadi perhiasan, tetapi jika memiliki manfaat yang banyak akan kembali kepada diri kita sendiri. Seperti jika kita memiliki harta yang berguna bagi agama, maka amalnya pun akan kembali kepada diri kita. Juga seperti anak yang bermanfaat atau anak yang sholih pun pahalanya akan kembali kepada diri masing-masing.
BalasHapuskemudian, Allah berfirman: wal baaqiyatush shaalihatu khairun ‘inda rabbika tsawaabaw wa khairun amalan (“Tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”) Ibnu `Abbas, Sa’id bin Jubair dan beberapa ulama Salaf mengatakan: “Yang dimaksud dengan al-baaqiyaat ash-shaalihaat adalah shalat lima waktu.”
Maulidah Inayatul Kautsar (3118019)
Kebanyakan manusia lalai dengan sang pencipta sebab harta yang dimilikinya, karena mereka beranggapan harta adalah segalanya dan segalanya butuh dengan harta, padahal harta tidak lah bermanfaat sama sekali dihadapan Allah jika tidak amalkan, dan amal salihlah yang akan diperhitungkan kelak di hadapan tuhan yang maha esa. Maka janganlah sombong jika mempunyai harta tetapi manfaatkanlah dengan amal shalih.
BalasHapusIyaa. Seperti yang sudah dipaoarkan di atas harta dan anak hanya sebagai oerhiasan dunia saja. Yang emmbawa kita khiduoan slanjutnya amal saleh kita sendiri..
HapusMenurut pengetahuan yang saya baca. Bahwasanya anak merupakan sebuah anugerah yang Maha Kuasa bagi para orang tua. Anak juga menjadi amanah dan perhiasan bagi mereka, sekaligus menjadi kebanggaan dikemudian hari. Namun disamping itu, anak juga bisa menjadi fitnah atau ujian, bahkan menjadi musuh bagi para orang tuanya. Kapankah seorang anak bisa menjadi musuh, ujian, perhiasan, dan menjadi penyejuk hati? Al-Qur’an telah mejelaskan keempat tipikal anak kepada kita semua yaitu yang Pertama, anak menjadi penenang hati, qurrota'ayun (penyejuk mata). Seperti yang diungkap dalam Al-Qur'an surat al-furqan ayat 74. Kedua, anak sebagai perhiasan dunia, sebagaimana hal tersebut yang diungkap penjelasan ayat diatas al-kahf ayat 46. Dalam ayat ini, anak diposisikan sebagai perhiasan dan kekayaan dunia bagi orang tuanya. Layaknya perhiasan dan kekayaan, anak diperlakukan, dijaga, bahkan disayang sebaik-baiknya oleh para orang tua. Kaitan dengan tipikal ini, anak disejajarkan dengan perhiasan dan kekayaan dunia yang lainnya, sebagaimana yang diisyaratkan dalam ayat yang lain yaitu al-imran ayat 14 (bisa dilihat) dalam Al-Qur'an. Ketiga, anak sebagai fitnah atau ujian, sebagaimana yang diungkap dalam QS. At-taghabun ayat 15. Keempat, anak menjadi musuh. Hal itu diungkap dalam Al-Qur'an surat at-taghabun ayat 14. Demikian empat tipikal anak yang disebutkan dalam Al-Qur'an, semoga kita senantiasa dikaruniai keturunan yang sholeh dan sholehah dan mampu memberikan pertolongan kelak diakhirat, Aamiinnn. Wallahu'alam.
BalasHapusHamka mengkategorikan zinah menjadi 3 bagian. Yakni bathiniyah, badaniyah, dan khorijiyah. Al-mal termasuk dalam kategori zinah khorijiyah yang meliputi harta, kendaraan, jabatan, dan lain sebagainya.dalam persoalan zinah yang ini, Buya Hamka menghimbau dalam tafisrnya Al-Azhar, agarseseorang tidak terlalu berlebih-lebihan dalam perhiasan dunia, sehingga akhirat tidak dilalaikan.dan menghimbau agar harta yang mrnjadikan seseorang berderajat tidak membuat orang tersebut semena-mena.
BalasHapusPada hakikatnya anak adalah perhiasan di dunia, namun bagi orang tua yang dengan baik mendidik anak nya maka anak akan menjadi amal ia di akhirat nanti. Seperti sabda Rasulullah Saw :
BalasHapusإذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاثة من صدقة جارية وعلم ينتفع به وولد صالح يدعو له
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang digunakan, dan doa anak yang sholeh." (HR. Muslim), dalam kitab Riyadus sholihin, كتاب عيادة الميض وتشييع hlm 386-387 الميت, باب الصدقة عن الميت والدعاء له
Dari hadits di atas dijelaskan bahwa anak yang shalih bisa menjadi amal jariyah bagi orang tuanya, dan apa pun yang seorang anak perbuat akan berjalan pula ke orang tuanya tanpa henti.
Ya pada intinya yang paling penting bagi seseorang ialah amal kebaikan nya. Walaupun ia mempunyai anak-anak yang Soleh, namun pada dasarnya kesolihan anak anaknya karena berkat dari amal kebaikan nya selama mendidik anak anaknya.
HapusAl-Mal yang berkedudukan zinah dapat membuat manusia lupa akan nikmat Allah Swt. Karena harta dan anak merupakan ujian terbesar dari Allah untuk manusia. Sedangkan amal shalih akan terus menemani manusia sampai di akhirat nanti, maka dari itu perbanyaklah amalan shalih seperti shalat, zakat, puasa, karena amal-amal itu yang akan menyelamatkan manusia dari siksa Allah.
BalasHapusdari argumen diatas, sedikit menambahi bahwasannya itu semua bukan karena anak-anak ataupun harta-harta yang dimilikinya saja, tetapi juga tentang perihal mengenai amalan-amalan yang kita lakukan.
HapusDari kalimat bold italic diatas bahwa harta dan anak merupakan perhiasan dunia , sedangkan zinah atau perhiasan dapat melalaikan kita dari mengingat Allah oleh karena itu yang harusnya dilakukan adalah membatasi kecintaan kita terhadap zinah tersebut. Jika saya ibaratkan mengingat Allah dengan kebutuhan pokok dan zinah dengan kebutuhan sampingan, maka jika kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari apakah kita akan lebih memilih motor dari pada beras? Tentu lebih memilih beras karena merupakan kebutuhan pokok kita sehari hari. Jadi intinya tanggapan saya bahwa zinah boleh dan sah sah saja bagi kita asalkan tidak berlebihan dan sampai melupakan hal yang jauh lebih penting yaitu mengingat allah
BalasHapusIyaa. Boleh2 saja.. Asalkan penggunaan tidak berlebihan dan hanya berkedudukan sebgai perhiasan duniaa. Jadi tidak kekal.. Amal saleh kitalah yang akan kekal sampai akhirat nanti
HapusNim (3118021) dalam tafsir jalalain ayat tersebut menerangkan Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia) keduanya dapat dijadikan sebagai perhiasan di dalam kehidupan dunia (tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh) yaitu mengucapkan kalimat: Subhaanallaah Wal Hamdulillaah Wa Laa Ilaaha Illallaah Wallaahu Akbar; menurut sebagian ulama ditambahkan Walaa Haulaa Walaa Quwwata Illaa Billaahi (adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan) hal yang diharap-harapkan dan menjadi dambaan manusia di sisi Allah swt.
BalasHapusMenurut Buya Hamka dalam kitab tafsirnya, Al-Azhar mengatakan bahwa makna المال disini dikatakan sbg zinah atau perhiasan. Perhiasan dalam artian segala sesuatu yg membuat seseorang itu terlihat lebih baik dan layak. Seperti pakaian, kendaraan, wangi-wangian. Perhiasan disini dibagi oleh Hamka ke dalam tiga kategori besar, perhiasan fisik (badaniyah) perhiasan luar (khorijiyah), dan perhiasan yg ada dalam hati seseorang (bathiniyah).
BalasHapusMerujuk pada satu kategori yaitu perhiasan luar (khorijiyah) yang meliputi harta benda, kendaraan, pangkat jabatan, dan lain sebagainya. Mengapa demikian? Dalam persoalan zinah khorijiyah, hamka sendiri mengajak pada orang mukmin agar tidak berlebih²an dalam perhiasan dunia, hingga lalai dengan kehidupan akhiratnya. Harta kekayaan ini yang nantinya akan menentukan status sosial di masyarakat dan membuat pemiliknya menjadi semena-mena dan merasa dirinya paling memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk mengatur orang lain disekitarnya.
Nah dalam ayat ini juga di jelaskan bahwa baqiyatus shalihat adalah perhiasan yang kekal di sisi Allah, maka sudah seharusnya kaum mukmin itu mementingkan perhiasan yang kekal tersebut, dan hanya menjadikan perhiasan dunia (harta&anak-anak) untuk mencapai kehidupan akhirat dan mendapatkan perhiasan yg kekal.
Iya saya setuju dengan argumen naili falahiyah dan siti khotijah. Terima kasih juga atas tambahan komentar nya yang telah menambah kan macam macam zinah .
HapusNim (3118080)
BalasHapusPada hakikatnya anak adalah perhiasan di dunia, namun bagi orang tua yang dengan baik mendidik anak nya maka anak akan menjadi amal ia di akhirat nanti.
Harta kekayaan ini yang nantinya akan menentukan status sosial di masyarakat dan membuat pemiliknya menjadi semena-mena dan merasa dirinya paling memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk mengatur orang lain disekitarnya.
Anak merupakan sebuah anugragh Dari Allah SWT. tentunya anak sangat berharga bagi orang tuanya, anak juga amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang tua yang harus dijaga dengan sebaik baiknya.
DikihatDdaei argumen diatas. Bahwasannya harta lebih bernilai negatif dibandingkan anak. Padahal dalam surat Alkahfi ini kedudukan anak dengan harta sama sama sebagai perhiasan. Argumen diatas mengatakan bahwa harta bisa membuat pemiliknya semena mena. Padahal hakikatnya harta pun bisa dijadikan sebagai bekal ibadah kita kepada Allah sehingga bernilai positif. Seperti halnya orang tua yang mampu mendidik anaknya sehingga bisa mencetak generasi yang Soleh.
Hapusmenambahi argumen dari intaha. memang betul anak itu sebuah anugrah dari Allah untuk kedua orang tua, tetapi disisi lain kita juga harus menyeimbangkan kedudukan harta, bahwasannya anakpun juga termasuk dalam harta yang Allah karuniakan kepada manusia. untuk meminimalkan kesenjangan dan keseimbangan terhadap kepemilikan harta maka kita bisa melakukan pemerataan yang menjunjung kepada nilai keadilan, sehingga nantinya tidak mudah untuk disalahgunakan.
HapusHarta dan anak adalah perhiasan di dunia. Namun yang memberikan kebahagiaan dan kemanfaatan ialah amal Sholih. Sedangkan harta (al-mal) bisa melalaikan seseorang terhadap nikmat Allah. Pemahaman saya tentang kalimat tersebut bahwa memang benar harta dan anak merupakan perhiasan di dunia. Namun kata harta kenapa kok lebih didahulukan daripada anak? Ketika orangtua hendak mendidik anak pastinya ga bisa dengan tangan kosong saja, dimana kehidupan keluarga dan keberlangsungan hidup membutuhkan harta sebagai pencukup kebutuhan. Sehingga ketika anak dididik dengan harta yang baik, dengan jalan yang benar dan halal akan menghasilkan anak yang Sholih yang tidak lain sebagai ladang amal orangtuanya. Namun di lain itu kebahagiaan dan kemanfaatan akan diraih dengan amal Sholih. Lah dari anak yang Sholih itu juga yang menjadi kebahagiaan bagi orangtuanya, sedangkan amal Sholih lain yang dapat mendatangkan kemanfaatan dapat diraih pula dengan harta, dimana seseorang bisa menabung amal dan berbuat baik dengan berbagi dan bersedekah kepada yang membutuhkan.
BalasHapusNamun pernyataan harta dapat melalaikan manusia itu memang benar. Hal tersebut dapat terjadi jika harta tidak dimanfaatkan dengan benar di jalan kebaikan. Mengingat kodratnya sifat-sifat keduniawian manusia, sehingga bisa saja melalaikan nikmat pemberian Allah.
iya saya setuju dengan argumen ely dian uswatina. tidak hanya perihal tentang anak dan hartanya saja yang di imbangkan, melainkan juga amal sholeh.
HapusNim (3118074)
BalasHapusHarta dan anak termasuk salah satu dari bentuk nikmat Tuhan yang telah diberikan kepada kita namun keduanya hanyalah sebagai perhiasan dunia sehingga tak perlu berlebihan dalam mencari harta dan jangan berbangga diri apabila telah memilikinya sebab itu semua hanya titipan yang kapan saja dapat di ambil oleh-Nya, walaupun hanya sebagai titipan maka kita harus menjaganya dengan baik sebab titipan adalah sebuah amanah, sedangkan cara menjaga anak yaitu dengan mendidiknya agar mereka menjadi anak yang Sholeh dan Sholehah serta menjadi orang yang berguna, terutama mendidik akhlaqnya.
Kita tidak akan bisa membalas semua atas nikmat Tuhan yang telah diberikan kepada kita namun yang hanya dapat kita lakukan yaitu dengan cara memberikan kemanfaatan nikmat yang telah Tuhan berikan, seperti harta yaitu dengan cara melaksanakan zakat Shadaqah dan lain sebagainya.