Prof Hasbi Ash-Shiddiqie, dalam bukunya Pengantar Ilmu Hadis, menjelaskan bahwa para ulama terbagi dua kelompok dalam membagi Thabaqat dalam studi Hadis. Ada kelompok yang membagi 15 Thabaqat, ada juga yang membagi 5 Thabaqat. Berikut pemaparan Pemakalah dalam tulisannya:
Tingkatan-tingkatan thabaqat yang ada dalam ilmu-ilmu hadis terbagi atas beberapa bagian diantaranya:[1]
Tingkatan-tingkatan thabaqat yang ada dalam ilmu-ilmu hadis terbagi atas beberapa bagian diantaranya:[1]
1. Thabaqat yang pertama: para sahabat yang
masuk Islam pada permulaan Islam, seperti Khalifah empat dan Bilal bin Abi
Rabah.
2. Thabaqat kedua: sahabat yang masuk Islam
sebelum orang-orang Quraisy bermusyawarah di Darun Nadwah, untuk mencelakakan
Nabi.
3. Thabaqat ketiga: para sahabat yang
berhijrah ke Habsyah, seperti hathib ibn ‘Umar, Suhail ibn Baidla, Abu
Hudzaifah ibn ‘Utbah
4. Thabaqat keempat: sahabat-sahabat yang
mengadakan bai’at pada ‘aqabah pertama, seperti: Rafi’ ibn Malik. ‘Ubadah ibn
Shamit, dan Sa’ad Ibn Zurarah.
5. Thabaqat kelima: para sahabat yang
mengadakan bai’at pada ‘aqabah kedua, seperti: Barra’ ibn Ma’mar, Jabir ibn
‘Abdullah, ‘Abdullah ibn Zubair, Sa’ad ibn Khaitsamah.
6. Thabaqat keenam: para sahabat yang
berhijrah yang diberi gelar Muhajirin, sebelum Nabi memasuki kota Madinah,
yaitu sahabat-sahabat yang menyusuli nabi di waktu Nabi masih di Quba’,
seperti: Ibnu Salamah, Ibnu ‘Abdul Asad, dan ‘Amer ibn Rabi’ah.
7. Thabaqat ketujuh: para sahabat yang
bertempur di perang Badr, yaitu berjumlah lebih dari 110 orang, seperti: Hathib
ibn Balta’ah dan Sa’ad ibn Mu’adz dan Al-Miqdad ibn Al-Aswad.
8. Thabaqat kedelapan: para sahabat yang
berhijrah ke madinah setelah perang Badr, dan sebelum hudaibiyah, seperti: Al
Mughirah ibn Syu’bah.
9. Thabaqat kesembilan: para sahabat yang
turut mengadakan Bai’atur Ridlwan, seperti: Salamah ibn Al-Akwa’, Sinam ibn Abi
Sinan dan ‘Abdullah ibn ‘Umar.
10. Thabaqat kesepuluh: para sahabat yang
berhijrah, setelah perdamaian Hudaibiyah, sebelum pengalahan Mekah, seperti:
Khalid ibn Walid dan ‘Amer bin ‘Ash.
11. Thabaqat kesebelas: para sahabat yang
masuk Islam di masa pengalahan Mekah, seperti: Abu Sufyan, Hakim ibn Hizan dan Athab
ibn ‘Asid.
12. Thabaqat kedua belas: anak-anak yang dapat
melihat Nabi setelah masa pengalahan Mekah dan Haji Wada’, seperti: Sa’id ibn
Yazid, dan Abdullah ibn Tsa’labah.
Ada
juga yang membagi thabaqat shahabah kepada lima thabaqat, tersusun sebagai berikut:[2]
1. Ahli Badar.
2. Mereka yang masuk Islam lebih dulu,
berhijrah ke Habsyi dan menyaksikan peperangan Uhud dan sesudahnya.
3. Mereka yang menyaksikan perang Khandaq
4. Para sahabat yang memeluk agama Islam pada
masa pengalahan Mekah dan sesudahnya.
5. Anak-anak dan budak-budak.
Dari dua kelompok di atas, mana pembagian Thabaqat yang efektif-komprehensif untuk mewakili Thabaqat yang ada?
[1] Hasbi
Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta, PT Bulan Bintang,
1987) hlm 270.
[2] Hasbi
Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta, PT Bulan Bintang,
1987) hlm 272.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusjelaskan perbedaan ilmu jarh wa at-ta'dil dan ilmu rijaul hadits? dan mohon beri contohnya!
BalasHapusJika ilmu jarh wa at-ta'dil itu berisi tentang periwayatn hadist, supaya dapat diketahui cactmat atau tidaknya seorang periwayat hadist sehingga dapat diterima atau bahkan ditolak secara keseluruhan.
HapusMisalnya saja dengan kata yang menunjukkan tercelanya seorang perawi, yakni mensifati perawi dengan suatu sifat yang menunjukkan sangat dusta atau menuduh memalsukan hadist, misalnya dengan ungkapan berikut :
•"Si Fulan orang yang paling dusta."
(فلان او اكدت الناس)
•"Si Fulan yang paling banyak membuat atau memalsukan hadist."
(فلان او ضع الناس)
Sedangkan ilmu rijalul hadist itu ilmu yang berisi tentang sejarah kehidupan para periwayat hadist dari semua generasi.
Bagaimana hukum hadis yang rowinya jarh?sedangkan jarh itu cela atau cacat
BalasHapusNama: Uzzatul aula
BalasHapusNIM: 2219113
Apa saja syarat dikatakan orang berilmu?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusNama : Silfi Oktafiani
HapusNim : 2219122
Menurut saya, syarat dikatakan orang berilmu karena orang tersebut belajar dengan sungguh-sungguh, sabar, mendapat bimbingan guru, mengamalkan ilmunya (bukan hanya jago dan koar-koar saja), dan tidak banyak bincang serta menertawakan hal yang tidak penting.
Disebut berilmu jika mengamalkannya
HapusSahabat Abu Dar’da radhiallahu anhu berkata,
لا تكون عالماً حتى تكون متعالماً ، ولا تكون بالعلم عالماً حتى تتكون به عاملاً
“Tidaklah seorang berlimu sampai ia belajar (sebelumnya), tidaklah seorang berilmu terhadap suatu ilmu sampai ia mengamalkannya.”[1]
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,
لا يزال العالم جاهلاً بما علم حتى يعمل به ، فإذا عمل به كان عالماً
“Seorang ‘Alim (berilmu) itu masih dianggap Jaahil (bodoh) apabila dia belum beramal dengan ilmunya. Apabila dia sudah mengamalkan ilmunya maka jadilah dia seorang yang benar-benar ‘Alim (berilmu).”[2]
Berusaha mengamalkan ilmu
Imam Ahmad rahimahullah berkata,
ما كتبت حديثا إلا وقد عملت به حتى مر بي أن النبي
صلى الله عليه وسلم ) احتجم وأعطى أبا طيبه دينارا فأعطيت الحجام دينارا حين احتجمت
“Tidak pernah aku menulis sebuah hadits pun kecuali aku akan berusaha mengamalkan hadits tersebut. Hingga pada suatu ketika, sampai kepadaku sebuah hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berbekam dan memberi upah kepada Abu Thayyibah (tukang bekam) sebanyak satu dinar, maka aku pun memberikan upah satu dinar kepada tukang bekam setiap kali aku berbekam.”[3]
Asy-Sya’bi rahimahullah berkata,
كنا نستعين علي حفظ الحديث بالعمل به ، وكنا نستعين على طلبه بالصوم
“Kami berusaha menghapal hadits dengan mengamalkannya dan kami berusaha menuntut ilmu dengan bantuan berpuasa.”[4]
Oleh karena itu Allah Azza wa Jalla berfirman,
جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.” [Al-Waqi’ah: 24]
Nama : M. Nafi' jundurrohman
BalasHapusNIM : 2219094
Izin bertanya, di makalah ada hadist dan thabaqah.
Apa pengaruh thabaqah dalam hadist?
Nama: Qothrun Nada (pemakalah kelompok 4)
HapusNim: 2219095
Saya akan menjawab pertanyaan dari Mas Jundur.
Sebelumnya, thobaqot sendiri adalah sekelompok orang yang hidup dimasa yang sama, dimana dalam segi periwayatan hadistnya sama (sama dalam menerima hadist dari guru-gurunya).
Lalu apa pengaruh thobaqot terhadap hadist?
Thobaqot sangat berpengaruh terhadap hadist untuk melihat beberapa urutan periwayatan yang dimulai dari para sahabat sampai pada zaman pembukuan hadist itu sendiri, dan ini memberikan dampak yang signifikan terhadap hadist.
Nama : agung ridwan nur zaman
BalasHapusNim 2219131
Ingin bertanya tentang thobaqol yang pokok bagi rijalul ada 4 ...
Yang saya tanyakan thobaqot Attabi'un, Atbaaut tabi'in dan tabaul atbaa itu apa? Karna dipemakalah tidak dijelaskan mungkin bisa diberikan contoh... Terima kasih...
Nama della via muafah
BalasHapusNim 2219086
Apaakah semua orang wajib mempelajari ilmu hadits baik yang riwayat maupun dirayah, jika iya apa manfaat untuk kebutuhan ibadahnya seorang pelajar tersebut?
Nama : Eka Laila Fatmawati
HapusNim : 2219112
(Pemakalah Kelompok 4)
Menurut pendapat saya, mempelajari hadist itu sangat dianjurkan karena mempelajari hadist adalah perantara memahami Islam dan kepribadian Rasulullah SAW. Dalam hadist dikenal aspek matan dan sanad. Oleh sebab itu, mempelajari hadist tidak semata mempelajari kandungan sabda Nabi dalam matan, melainkan juga perawi yang menyampaikannya dalam sanad.
•Berikut beberaoa keutamaan ataupun manfaat mempelajari perawi hadist :
1. Sebab turunnya keberkahan dan rahmat Allah.
Dengan belajar hadist diikuti dengan kecintaan pada Rasulullah menjadikan kita senantiasa peecaya bahwa menyebut nama perawi yang shaleh, bisa menjadi wasilah keberkahan.
2. Mengetahui masa hidup perawi
Dari membaca sejarah, kita akan tahu bahwa perawi hadist tidak tunggal dalam sikap.
3. Sumber Keteladanan Hidup.
Keshalehan dan kesungguhan mereka dalam belajar banyak yang bisa kita teladani, dan keburukannya bisa kita jauhi. Tentu tidak harus sesempurna mungkin, tetapi semampunya saja. Banyak para perawi dari kalangan biasa-biasa saja, akan tetapi mereka istimewa karena riwayat hadist dan kepribadian mereka.
4. Bisa membangun pemahaman Islam yang lebih terutama bagi kita seorang pelajar
Apa hukum mempelajari ilmu hadist di royah itu? Bagaimana jika seseorang tidak mau mempelajarinya?
BalasHapusNama : Sindy ashri
BalasHapusnim : 2219120
Siapa saja golongan yang termasuk dalam rijalun hafist
Saya pemakalah dari kelompok 4 akan menjawab pertanyaan mbak sindi.
HapusJadi para perawi yang menjadi obyek kajian ilmu rijal al-hadits ini adalah:
a). Para sahabat, sebagai penerima pertama dan sebagai kelompok yang dikenal dengan sebutan thabaqat awwal ( generasi pertama) atau dikenal sebagai sanad terakhir lantaran sebagai penerima langsung dari sumber asalnya, yaitu Nabi Saw. b). Para tabi’in, dikenal sebagai thabaqat tsani ( generasi kedua).
c). Para muhadhramin, yaitu orang-orang yang mengalami hidup pada masaJahiliyyah dan masa Nabi Saw. dalam kondisi islam, tetapi tidak sempat menemuinya dan mendengarkan hadits darinya.
d). Para mawalliy, yaitu para perawi hadits dan ulama yang pada awalnya berstatus budak.
Nama: Habib Sultan Maolana
BalasHapusNim : 2219118
Dalam pembahasan faedah ababul wurud pada poin ke 2 yaitu membatasi pengertian hadits yang masih mutlak, itu maksudnya bagaimana?
Nama : sindy ashari
BalasHapusNim : 2219120
Siapa saja golongan yang termasuk dalam rijalun hadist
Nama:Ayu Winarsih
BalasHapusNIM : 2219096
Yang dimaksud dengan jahalah adalah perawi hadis itu tidak diketahui kepribadiannya, apakah ia sebagai orang yang tercacat (jarih). Dengan tidak diketahuinya itu menjadi alasan untuk tidak diterima riwayatnya, kecuali dari golongan sahabat. Kenapa kalau dari golongan sahabat itu dikecualikan?
Lalu jika seorang perawi yang tidak diketahui kepribadiannya ini meriwayatkan hadist yang benar bagaimana? Akan kah tertolak atau termaqbulkan?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Adia Karen Fadil Aenul Khak
BalasHapusNim : 2219087
Sebutkan ciri-ciri sifat rawi yang ta'dil
Nama saya silvia cahyani (2219089) pemakalah dari kelompok 4. Saya akan menjawab pertanyaan dari ms fadil, ciri-ciri sifat rawi yang ta'dil yaitu:
Hapus1.periwayat memiliki popularitas dikalangan ulama hadits
2.periwayat melakukan penilaian oleh para kritikus hadits
3.periwayat menetapkan hadits melalui kaidah al-jahr wa al-ta'dil
Nama : Nopi Wiltanti
BalasHapusNim : 2219107
Ilmu hadist diroyah adalah Ilmu yang membahas pedoman-pedoman yang dengannya dapat diketahui keadaan sanad dan matan. Lalu adakah cara2 yang bisa menentukan mana yang matan dan mana yang sanad?
Nama:Moh.Almahamidi
BalasHapusNim :2219105
Apa perbedaan at-ta'dil dan al-jarh??? Dan berikan contohnya
Nama:Ayu Winarsih
BalasHapusNIM : 2219096
Yang dimaksud dengan jahalah adalah perawi hadis itu tidak diketahui kepribadiannya, apakah ia sebagai orang yang tercacat (jarih). Dengan tidak diketahuinya itu menjadi alasan untuk tidak diterima riwayatnya, kecuali dari golongan sahabat. Kenapa kalau dari golongan sahabat itu dikecualikan?
Lalu jika seorang perawi yang tidak diketahui kepribadiannya ini meriwayatkan hadist yang benar bagaimana? Akan kah tertolak atau termaqbulkan?
Nama : MUSTOFA AQIL
BalasHapusNIM : 2219093
Izin bertanya,
Emang seperti apa contoh hadist yang ditolak(mardhut)?
ada yang berawal dari kesalahan dalil, karena ternyata yang menjadi dalilnya adalah hadits maudhû’ (hadits palsu), seperti hadits :
Hapusالْحَدِيْثُ فِي الْمَسْجِدِ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ الْبَهَائِمُ الْحَشِيْشَ
Percakapan dalam masjid akan memakan/menghapus (pahala) kebaikan seperti binatang ternak yang memakan rumput. [Ihyâ’ Ulûmiddîn, 1/152, cet. Darul Ma’rifah, Beirut]
Hadits ini dihukumi oleh Imam al-‘Irâqi rahimahullah, as-Subki rahimahullah dan al-Albâni rahimahullah sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya dalam kitab-kitab hadits. [Lihat Silsilatul Ahâdîtsidh Dha’îfah wal Maudhû’ah 1/60]
Juga hadits :
قَلِيْلُ التَّوْفِيْقِ خَيْرٌ مِنَ كَثِيْرِ الْعَقْلِ
Taufik yang sedikit lebih baik dari ilmu yang banyak. [Ihyâ’ Ulûmiddîn, 1/31]
Hadits ini juga dihukumi oleh para ulama di atas sebagai sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya. [Thabaqâtusy Syâfi’iyyatil Kubrâ 6/287 dan Difâ’un ‘anil Hadîtsin Nabawi hlm. 46]
Ada sebagian orang mengatakan, “Meskipun maudhû’ (palsu) atau dhaîf, bukankah itu tetap merupakan sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .” Ucapan seperti ini menunjukkan orang yang melontarkannya belum memahami ilmu mustholah hadits dan belum menyadari bahaya dan ancaman besar akibat membuat atau ikut menyebarkan hadits palsu. Selain itu, kalau para ulama ahli hadits sudah menghukumi sebuah hadits sebagai hadits yang maudhû’ itu artinya berdasarkan penelitian mereka “hadits” itu bukan sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak boleh dinisbatkan kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sehingga tidak bisa dijadikan sebagai landasan dalam beramal. Barangsiapa berani menisbatkan hadits maudhû’ kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti dia telah berdusta atas nama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan terkena ancaman Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nama : putri Nirmala Devi
BalasHapusNim. : 2219091
jarh wa at-Ta’dil ini pada hakikatnya adalah suatu bagian dari ilmu rijal al –hadits karena bagian ini dianggap bagian yang terpenting, maka ilmu ini dipandang sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
Kenapa diangggap bagian yang terpenting, dan kenapa dipandang ilmu yang berdiri sendiri? Maksud berdiri sendiri itu bagaimana? Dan apa ada ilmu yang tidak berdiri sendiri?
Rafi Yudha prahasha
BalasHapus2219100
Hal apa dan mengapa para ulama berpendapat beda dalam pengelompokan thabaqat apa yg melatar belakangi perbedaan trsebut
Nama : Muhammad Naufal Rusada
BalasHapusNIM : 2219123
Bagaimana kriteria hadis yang dapat diterima dari golongan sahabat yang menerima hadis pada waktu beliau masih dalam masa kanak-kanak berdasarkan urutan thabaqat hadis?
Nama : Attabik Aziez Muwafik
BalasHapusNim : 2219106
Siapa yang menciptakan atau meng-ada-kan tingkatan-tingkatan thabaqat hadist?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusNama:Muhammad Wildan atho'illah (2219085)
HapusPemakalah kel.4
Saya akan menjawab pertanyaan dari mas aziz
Asad salim tayyim seorang muhandis yang menulis, mengumpulkan, dan merangkum segala pembahasan mengenai kitab ilm thabaqat dengan judul al ilm thabaqat al muhaditsin ahamiyatuhu wa fawaiduhu mengatakan, bahwa yang pertama kali menuliskan tentang ilmu Al-thabaqat dalam hadis dan membuat pondasi awalnya adalah Abu‘Abd Allah Al-hakim al-Naysaburi dalam kitabnya yang berjudul Ma’rifah 'ulum al-hadits. Dalam kitab tersebut dijelaskan secara jelas mengenai masalah-masalah dalam ilmu Althabaqat.Kemudian juga ada Ibn al-Ṣalah yang membahas ilmu tersebut dalam bagian terakhir dari kitabnya, yang berjudul “’ulūm al-ḥadīts”,dan dibahas dengan judul “ma’rifah ṭabaqāt al-ruwāt wa al-‘ulamā`” dalam satu halamankhusus.Pembahasan yang sedikit tersebut, diikuti pula oleh ulama hadis seperti al-‘Iraqi, al-Nawawi Ibnu Katsir, dan al- Suyuti
Nama : Ahmad Khobawi
BalasHapusNim : 229116
Apa itu thabaqat fuqaha, thabaqat ruwaat, dan thabaqat mufassirin?
Tabaqat ar-Ruwat, adalah pengelompokan orang yang menerima, memelihara dan menyampaikan hadis yang hidup dalam satu generasi atau satu masa dan dalam periwayatan atau isnad yang sama atau sama dalam periwayatan saja. Maksud berdekatan dalam isnad adalah satu perguruan atau satu guru atau diartikan berdekatan dalam berguru. Jadi, para gurunya sebagian periwayat juga menjadi guru bagi sebagian perawi lain. Para rawi pada masa tertentu akan berbeda dengan rawi masa berikutnya.thabaqat mufassirin dapat diartikan lapisan atau tingkatan mufassir dari zaman sahabat sampai kepada zaman pembaharuan.
HapusNama: Agung Ridwan
BalasHapusNim: 2219098
Izin bertanya..
Jelaskan kelebihan dan kekurangan antar suatu thabaqat dengan thabaqat yang lain..
dan thobaqat manakah yg biasanya dijadikan pegangan dalam ilmu hadis?
Nama : ilma nafi'a
BalasHapusNim : 2219121
Berikan contoh ilmu jarh wa alta'dil!
Nama : Silfi Oktafiani
BalasHapusNim : 2219122
Jelaskan dan berikan contohnya pengertian “Ilmu Diroyah” dan Ilmu “Riwayah Hadist”
Pengertian Ilmu Hadis Dirayah. ... Menurut pendapat Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H), ilmu hadis dirayah adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan perawi dan sesuatu yangS diriwayatkan.ilmu hadits riwayah menurut istilah sebagaimana pendapat Dr. Subhi Asshalih, ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang periwayatan secara teliti dan berhati-hati bagi segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan dan sifat serta segala segala ... Contohnya saya belum tau.
HapusNama : putri saila minanil Maula
BalasHapusNim : 2219104
Bagaimana menurut anda jika tidak mempelajari ilmu hadis dirayah? Apakah ada dampaknya?
Nama : siti muflichatunnisa
BalasHapusNim :2219111
Bagaimana cara kita untuk mengetahui bahwa rawi itu melakukan dusta?
Kita dapat mengetahui seorang perawi itu berbuat dusta seperti halnya membuat hadist palsu, pernah menjadi saksi palsu, dan yang lebih utamanya lagi seorang perawi sudah tenar di kalangan masyarakat sebagai orang yang berdusta.
HapusNama:durotul milati aufa
BalasHapusNim:2219115
Berikan contoh hadits yang rawi nya cela
jelaskan perbedaan ilmu jarh wa at-ta'dil dan ilmu rijaul hadis? dan tolong berikan contohnya!
BalasHapusBerikan penjelasan secara detail tentang
BalasHapusThabaqat At-Taabi’un
Thabaqat Atbaa’ut Taabi’in
Thabaqat Taba’ul Atbaa’
Dan berikan contohnya jika ada.. terimakasih
Nama :jessica ardi
Nim:2219110
Nama : Ianatus Sa'adah
BalasHapusNIM : 2219130
Saya mau bertanya, mengapa ilmu al-jarh was at ta'dil dianggap bagian Yang terpenting?
Karena ilmu ini tumbuh bersama periwayatan hadis dalam Islam karena untuk mengetahui hadist yang shahih dan keadaan oara perawinya sehingga dengan ilmu ini, memungkinkan menetapkan kebenaran seorang perawi atau kedustaannya sampai mereka bisa membedakan antara yang diterima dan yang ditolak(maqbul dan mardud). Selain itu juga menentukan bobot dan kualitas suatu hadist. Sejak dahulu para ulama' menerangkan tentang cacat atau tidaknya seorang perawi hadis, sehingga membuka tabir kegelapan dalam menentukan nilai atau kualitas hadis bagi ulama' berikutnya.
HapusNama : safira fitriani tsani
BalasHapusNim : 2219114
saya mau bertanya jika seorang perawi telah terduga memiliki satu sifat yang di nilai jarh yaitu tertuduh dusta , akan tetapi ia sudah bertaubat apakah perawi itu masih d nilai jarh ?
Jadi seperti ini ya mbak safira, seorang perawi dinilai jarh apabila berdusta. Nah, menetapkan kepalsuan hadist yang diriwayatkan oleh orang yang pernah berbuat dusta adalah berdasarkan keyakinan yang kuat, bukan atas dasar sangkaan. Sehingga mungkin pada suatu saat ia akan berdusta dan dalam keadaan lain ia berkata benar. Dalam masalah ini para ulama berpendapat,
Hapus•Menurut Imam Ahmad dan Abu Bakar al-Humaidi, guru Imam al-Bukhari, riwayatnya tidak dapat diterima, meski ia sudah bertaubat.
•Sedangkan al Nawawi menasakhkan atau menerima riwayatnya apabila ia betul bertaubat
Nama : Lutfi Alfiani
BalasHapusNim : 2219101
Tolong jelaskan mengapa anak-anak dan budak termasuk bagian dari thabaqat shahabah?
Saya dari pemakalah kelompok 4 akan menjawab pertanyaan dari mbak lutfi alfiani.
HapusJadi, pada masa itu Abu Usamah Zaid bin Haritsah bin Syarahil (Syurahbil) al-Kalbi sebelumnya adalah budak, kemudian dimerdekakan oleh Nabi Muhammad SAW dan dijadikan anak angkat. Ia termasuk dalam kelompok pertama yang masuk Islam dan satu-satunya sahabat Nabi Muhammad SAW. yang namanya disebutkan dalam al-Qur'an. Maka hal tersebut termasuk dalam thabaqat shahabah
Nama : siti muflichatunnisa
BalasHapusNim : 2219111
Bagaimana cara kita untuk mengetahui bahwa rawi itu berbuat dusta?
Nama ; Nur Fitri Lestari
BalasHapusNIM : 2218045
ingin menanyakan bagaimana konsekuensi yang diberikan kepada perawi yang di ta'dil oleh ulama kemudian suatu saat melakukan kesalahan.. Apakah tidak boleh meriwayatkan hadis lagi atau hadis yang telah diriwayatkan tidak boleh dijadikan hujjah?
Eva Nur Safitri (2219108)
BalasHapusMenurut saya dari dua kelompok di atas, pembagian Thabaqat yang efektif-komprehensif untuk mewakili Thabaqat yang ada yaitu pada pembagian thabaqat 12,karena pembagiannya lebih jelas dan rinci dari mulai sahabat sampai para tabi'in.
Saya ingin bertanya seperti yang tercantum dlam makalah fungsi dari asbabul wurud, antara lain, yaitu:Menentukan adanya takhshish yang bersifat umum.apa maksud dari takhsish yang bersifat umum tolong jelaskan dan beri contohnya? 😊
menarik, takhsis itu berarti pengkhususan, apakah ada pengkhususan yang umum?
HapusAdakalanya pesansebuah hadis sukar untuk diterima, sedangkan validitas sanadnya memenuhi standar keshahihan hadis. Jelaskan bagaimana solusi yangmendekati kebenaran
BalasHapusNama : Ilyas Musyakir
BalasHapusNim : 2219088
Perbedaan antara ilmu hadist riwayat dan ilmu hadist dirayah .... manakah yg lebih diutamakan ? Jelaskan dan berilah contohnya !
Nama : umdatul kholida
BalasHapusNim : 2219102
Apa contoh dari thabaqot muntaha?