oleh : Edi Mulyono
A.
Pendahuluan
Pandangan
Immanuel Kant mengenai etika tak kalah menariknya. Menurutnya etika bersifat
fitri. Meskipun demikian, sumbernya tidak bersifat rasional ataupun teoritis.
Bahkan, menurut kant, ia bukan urusan nalar murni, juustru apabila manusia
menggunakan nalarnya dalam berusha merumuskan eika ia dengan sendirinya tidak
akan sampai pada etika yang sesungguhnya disamping bakal berselisih satu sama
lain mengenai mana baik dan mana buruuk etika yang bersifat rasional bukan lagi
etika, akan tetapi bisa terjebak dalam untung rugi. Dengan kata lain perbuatan
etis dapat menghasilkan keuntungan bagi pelakunya, tetapi juga bisa
mengakibatkan kerugian baginya. Immanuel Kant mengatakan bahwa etika adalah
urusan nalar praktis artinya pada dasarnya nilai-nilai moral itu sudah ada pada
diri manusia sebagai kewajiban, kecenderungan manusia untuk berbuat baik
misalnya suudah ada pada diri manusia. Manusia pada intinya hanya menunaikan
kecenderungan diri dalam setiap perbuatannya.
B.
Kehidupan
Immanuel Kant
Immanuel
Kant dilahirkan sebagai anak keempat dari seorang pembuat pelana kuda
Konigsberg pada 1724 M. Beberapa nenek moyangnya datang dari skotlandia ke
jerman. Dia berkembang dalamsuasana kekristenan yang sholeh, dimulai 1740 ia
mengkaji filsafat, matematika, dan teologi di konigsberg. Dari tahun 1747
sampai tahun 1755 terdorong untuk membiayai hidupnya sendiri setelah kematian
ayahnya. Dia bekerja sebagai guru pribadi dalam bebrapa keluarga pada akhir
periode ini ia ditunjuk ebagai dosen pada sebuah universitas. Dua kali ia
melamar menjadi guru besar filsafat di konisberg namun ia gagal, pada tahun
1764 ia menolak menjadi guru besar sastra di konigsberg, akhirnya pada 1770 dia
diangkat menjadi guru besar logika dan metafisika.pada tahun 1796 dia berhenti
memberi kuliah dengan alasan telah tua, pada tahun 1798 kesehatannya menurun,
dan pada tahun 1804 dia meninggal dalam keadaan pikun.[1]
Immanuel
Kant bertubuh sangat kecil, kurus, berdahi rata, bahu kanannya lebih tinggi
dari pada bahu kiri. Dia lemah pada dasarnya sehat/
C.
Tujuan
Filsafat Immanuel Kant
Melalui
Filsafatnya kant bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan.
Agar supaya maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat
sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Rasionalisme mengira telah
memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja. Ternyata bahwa empirisme,
sekalipun dimulai dengan ajaran yang murni tentang pengalaman, tetap melalui
idealisme subjektif bermuara pada suatu skeptisisme yang radikal. Nah, kant
bermaksud mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni.[2]
D.
Karya-karya
Immanuel Kant
Karya
kant dibagi menjadi dua bagian, bagian praktis dan bagian kritis, pada masa
prakritis 1746-1770 kant menulis pelbaga masalah dari bidang ilmu alam, ilmu
pasti, dan ilmu filsafat. Kemudian selama 11 tahun kant tidak menulis apapun.
Itulah saat pikiran kant berubah.[3]
Kant
sendiri menulis bahwa empirisme filsuf skotlandia david hume membangunkannya
dari tidur dogmatisnya hume telah mendestruksikan anggapan filsafat sebelumnya
bahwa paham-paham seperti subtansi atau sebab dapat ditemukan dalam realistis
empiris. Yang pasti menurut hume adalah yang empiris. Dan itu berarti
pengetahuan kita tidak lebih dari sderetan kesan-kesan indrawi saja. Kant
mengambil alih dan sekaligud mengatasi titik tolak hume itu. Menurutnya hume
betul dalam kritik terhadap filsuf sebelumnya, akan tetapi ia tidak betul dalam
pengetahuan manusia.
Setelah
karya pertamanya diterbitkan pada usia dua puluh dua (1764) terdapat masa jeda
selama delapan tahun sejak itu hingga seterusnya diikuti karya-karya lain.
Kecuali dari tahun 1770 hingga tahun 1781saat nyaris ia tidak memplubikasikan
karyanya meskipun paada dasarnya ia
adalah penulis produktif, akan tetapi kant diam pada saat itu. [4]
Karyanya
yang menegakkan popularitasnya secara definitif adalah Kritik de reinen
vernunfi (critique of pure reason) diterbitkan pada tahun 1781
Suatu garis
pemisah yang jelas digambarkan antara karya kritiis dan praktis. Dimulai pada
tahun 1781 (pada saat itu kant berusia 57 tahun). Karya-karya selanjutnya di
selesaikan dalam waktu yang singkat. Karya saelanjutnya adalah prolegomena zu
einer jeden kunftigen metaphysik (prolegomena to any future metaphysics) pada
1783.
Karya
kant tentang etika atau filsafat praktis
cukup banyak. Dua tahun setelah publikasi prolegomena, dia mulai
menulis filsafat etikanya. Buku pertama yang muncul adalah grundlegunk zur
metafisik der siten(grown work of the metafisik of moral) pada 1785,tiga tahun
berikutnya 1788 dia menerbitkan kritik der praktisum farnun(criticue of
practical preason) yang dikenal dengan sercon criticue, karya2 lain yang
memiliki keterkaitan dengan teori etika kant adalah kritik der kraft (criticue
of man) yang dipublikasikan pada tahun
1790.[5]
E.
Pemikiran
Immanuel Kant
Filasafat yang di kenal dengan kritisisme adalah filsafat yang di
introdusir oleh Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan
menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat modern
sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak.[6]
Kant mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni dan
memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan dengan menghindarkan diri dari
sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Gagasan ini muncul
karena pertanyaan mendasar dalam dirinya, yaitu Apa yang dapat saya ketahui?
Apa yang harus saya lakukan? Dan Apa yang boleh saya harapkan?.
Filsafat Kant disebut sebagai filsafat kritis, karena pemikirannya
mengkritik pandangan empirisme dan rasionalisme sebagai dua pandangan yang
bertentangan dalam filsafat, terutama sejak renaisans dan pencerahan. Kant
kemudian menyatakan bahwa kedua pandangan ini berat sebelah. Kant berusaha
menganalisis syarat-syarat serta batas-batas kemampuan rasional manusia serta
dimensinya yang murni teoritis dan praktis-etis dengan menggunakan rasio itu
sendiri. Titik tolak analisis kant bertolak dari analisis terhadap kegiatan
akal-budi, lalu mencoba memahami kemampuan serta batas-batas akal budi itu.
Analisi itu bersifat kritis dan bukan psikologi dengan mencari daya/potensi
yang berperan dalam proses ilmiah. Analisisnya lebih bersifat kritis logis yang
meneliti hubungan antar unsur-unsur isi pengertian satu sama lain.
Kritisisme Immanuel Kant sebenarya telah memadukan dua pendekatan
alam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran substanstial dari
sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat
menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman,
tidak dapat dijadikan tolok ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar
nyata dan rasional, sebagaimana mimpi yang nyata tetapi “tidak real”, yang
demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.
Dengan pemahaman
tersebut, rasionalisme dan empirisme harusnya bergabung agar melahirkan suatu
paradigma baru bahwa kebenaran empiris harus rasional, sebagaimana kebenaran
rasional harus empiris. Jika demikian, kemungkinan lahir aliran baru yakni
rasionalisme empiris.
a )
Macam-macam
Kritik Menurut Immanuel Kant
1.
Kritik
Atas Rasio Murni
Adapun Inti dari
isi buku yang berjudul Kritik
atas Rasio Murni adalah sebagai berikut:
a.
Kritik
atas akal murni menghasilkan sketisisme yang beralasan.
b.
Tuhan
yang sesungguhnya adalah kemerdekaan dalam pengabdian pada yang di cita-citakan. Akal praktis adalah berkuasa
dan lebih tinggi dari pada akal teoritis.
c.
Agama
dalam ikatan akal terdiri dari moralitas. Kristianitas adalah moralitas yang
abadi
2.
Kritik
Atas Rasio Praktis
Rasio praktis adalah rasio yang mengatakan apa yang
harus kita lakukan, atau dengan kata lain, rasio yang memberi perintah kepada
kehendak kita. Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberi perintah yang
mutlak yang disebutnya sebagai imperatif
kategori.
3.
Kritik
Atas Daya Pertimbangan
Kritik atas daya pertimbangan,
dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti persesuaian kedua kawasan itu. Hal itu
terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan). Finalitas bisa bersifat
subjektif dan objektif.
Adapun Inti
dari Critique of Judgment (Kritik atas
pertimbangan) adalah sebagai berikut:
·
Kritik
atas pertimbangan menghubungkan diantara kehendak dan pemahaman.
·
Kehendak
cernderung menuju yang baik, kebenaran adalah objek dari pemahaman.
·
Pertimbangan
yang terlibat terletak diantara yang benar dan yang baik
·
Estetika
adalah cirinya tidak teoritis maupun praktis, ini adalah gejala yang ada pada
dasar subjektif.
·
Teologi
adalah teori tentang fenomena, ini adalah bertujuan: (a) subjektif (menciptakan
kesenangan dan keselarasan) dan (b) objektif (menciptakan yang cocok melalui
akibat-akibat dari pengalaman).[7]
b)
Moralitas
menurut kant
Moralitas
menhyangkut hal yang baik dan buruk, akn
tetapi bukan sembarang baik dan buruk. Menurut bahasa kant moralitas adalah apa
yang baik menurut dirinya sendiri, yang baik tanpa batas sama sekali. Kebaikan
moral adalah yang baik dari segala segi tanpa pembatasan jadi yang baik bukan
hanya dari segala segi, melainkan baik begitusaja.
Menurut kant
kehendak baik adalah kehendak yang mau melakukan kewajiban. Suatu pengada yang
murnirohani (tidak berbadan) yang semata-mata ditentukan oleh akal budi, tidak
memerlukan paham kewajiban, ia dengan
sendirinya akan bertindak sesuai dengan akal budi. Akan tetapi ia bukan roh
murni manusia juga punya hawa nafsu yang bersaing dengan akal budi dengan
dorongan batin, kebutuhan fisik dan psikis. Jadi tindakannya yang rasional atau
tindakan menurut akal budi bersaing dengan tindakan yang menyesuiakan dengan
segala kondisi indrawi alami. Manusia tidak hanya tertasrik untuk bebuat baik,
juga ia bisa berbuat jahat.[8]
Ada
tiga kemungkinan orang melakukan kewajiban. Yang pertama orang melakukan
kewajiban karena hal itu menguntungkan, misalnya ia mendapat nama baik kepada
langgangannya, kedua ia melakukan kewajiban karena karena ia merasa langsung
terdorong dalam hatinya, misalnya ia membantu orang yang menderita karena
tergerak hatinya merasa kasihan, ketiga orang melakukan kewajiban karena demi
kewajiban tersebut, jadi ia melakukannya karena ia memenuhi apa yang sudah
menjadi kewajibannya.
Menurut kant,
hanya kehendak yang ketiga inilah yang bener-benar dikatan moral.
Kebaikan
jasmaniah dan kebaikan alami
Penalaran
moral kant mensyaratkan dan secara sistematis memasukan tujuan-tujuan manusia
yang bersifat alamiah atau fisik kedalam objek rasio murni praktis, karena dia
beragumentasi bahwa rasio membatasai dan mengondisikan pencarian kita dan atas
tujuan-tujuan alamiah kita sendiri, dan menuntut tujuan-tujan alamiah orang
lain tunduk kepada kemauan kondisi alamiah rasional universal yang sama. Dari
tujuan-tujuan yang terbatas ini dan bersyarat ini kant menurunkan komponen
bersyarat kedua tentang kebaikan tertinggi yang dinamakan kebaikan alamiah.
Suatu
mahluk terbatas adalah suatu mahluk dengankebutuhan-kebutuhan suatu mahluk
dengan kodratnya itu memiliki kecenderungan dan keinginan inderawi keinginan
ini menyediakan mahluk rasional terbatas dengan tujuan-tujuan alamiah.
Tujuan-tujuan yang di perkirakan dapat mendahului setiap ketentuan kehendak
melalui rasio. Tujuan ini dipersatukan oleh rasio sebagai sebagai kebijaksanaan
menjadi ide tentang kebahagiaan
Rasio sebagai
kebikjasanaan mendefinisikan kebaikan alamiah bagi manusia mendahului
pertimbangan moral apapun. Sepanjang seseorang mempertimbangkan
konsekuensi-konsekuensi suatu tindakan demi kebahagiaan atau ketidakbahagiaan
pribadinya sendiri ia tidak berkaitan dengan moralitas atas tindakannya.
Kebahagiaan,
kebaikan, kesejahteraan alamiah manusia dapat dicakupkan dalam atau dikeluarkan
dari objek rasio murni praktis. Seseorang yang mendapatkan kesenangan dalam
kerja atau orang menikmati manfaat dari pekerjaannya jelas berhak atas
kebahagiaan yang dinikmatinya. Dan kebahagiaan itu tercakup dalam tujuan
tindakan moralnya. Kebahagiaan orang yang berhak sedemikian itu merupakan
kebaikan bagi moralitas, sesuatu yang secara moral menuntuk kita untuk
mencarinya. Disisi lain kebahagiaan yang dimiliki oleh pencuri yang zalim yang
dengan mengabaikan kewajiban-kewajibannya terhadap keluarga dan masyarakatnya
mencuri uang dengan jumlah yang besar hidup bercukupan di negeri lain sama
sekali bukan kebaikan moral. Kebahagiaan yang di milikinya yang jauh dari
kebaikan moral merupakan kejahatan moral menurut kant.[9]
Tahap-tahap proses pengetahuan menurut Emanuel Kant
1 . Penampakan pada obek
2 . Intuisi
3 . Persepsi
4 . Pengalaman
Pandangan Emanuel Kant tentang nilai
Dapat di
lihat dari pemikiran Emanuel Kant bahwa ia termasuk kalangan subyektif tentang nilai. karena ia lebih menekankan peran
akal tentang mengambil keputusan akan tetapi tidak sama dengan kalangan subyektif
yang lain. Emanuel Kant lebih dari itu. Karena ia melihat sesuatu bernilai pada
suatu hal bahwa sebenarnya jika orang memandang tentang suatu hal maka akan
dibawa kepada akal budi yakni lebih dalam dari akal, lewat akal budi tersebut
orang akan mengambil keputusan apakah hal itu bernilai atau tidak. Dan peran
objek hanya sebagai obyek saja seluruhnya di serahkan kepada akal budi yang ada
pada subyek. Menurut Emanuel Kant bahwa
akal budi manusia ada dua yakni akal budi teoritis dan akal budi praktis, dengan
akal budi teoritis manusia mendapatkan pengetahuan dari pengalaman empiris.
Dengan akal budi praktis manusia menggunakannya untuk bertindak yaitu
memutuskan untuk bertindak mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang
buruk. Nah, dengan akal budi teoritis inilah kant mendapatkan informasi dari
indera tentang obyek, akan tetapi dengan akal budi praktis ini kant memutuskan
tindakanya dan menilai tentang obyek yang ia dapat dari pengalaman empiris dan
inderawi.
F .
Penutup
Tiga
karya pemikiran Immanuel Kant yang sangat penting merupakan kritik atas rasio
murni, kritik atas rasio praktis, kritik atas pertimbangan. Ketiga karyanya
inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran filosof sesudahnya, yang mau tak mau
menggunakan pemikiran kant. Karena pemikiran kritisisme mengandung
patokan-patokan berfikir yang rasional dan empiris
Moralitas
menyangkut hal yang baik dan buruk, akan
tetapi bukan sembarang baik dan buruk. Menurut bahasa kant moralitas adalah apa
yang baik menurut dirinya sendiri, yang baik tanpa batas sama sekali. Kebaikan
moral adalah yang baik dari segala segi tanpa pembatasan jadi yang baik bukan
hanya dari segala segi, melainkan baik begitusaja.
Menurut Emanuel Kant bahwa akal budi manusia ada dua
yakni akal budi teoritis dan akal budi praktis, dengan akal budi teoritis
manusia mendapatkan pengetahuan dari pengalaman empiris. Dengan akal budi
praktis manusia menggunakannya untuk bertindak yaitu memutuskan untuk bertindak
mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk
G.
Daftar
Pustaka
M. Amin Abdullah, Antara Ghozali dan
Kant Filsafat Etika Islam, Bandung: Mizan, 2002
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran
Filsafat dan Etika, Jakarta : Prenada Media, 2008
Franz
Magnis-Suseno, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997
Drs. Atang Abdul Hakim, MA., Filsafat
Umum dari Metologi Sampai teofiologi, Bandung : pustaka setia, 2008
[1] M. Amin
Abdullah, Antara Ghozali dan Kant Filsafat Etika Islam, (Bandung: Mizan,
2002), hlm. 33
[2]Prof. Dr.
Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta : Prenada
Media, 2008, hlm 116
[3] Franz
Magnis-Suseno, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997, hlm 137
[4] M. Amin
Abdullah, Antara Ghozali dan Kant Filsafat Etika Islam, (Bandung: Mizan, 2002),
hlm. 34
[5]
Ibid..hlm. 34
[6]Prof. Dr.
Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta : Prenada
Media, 2008, hlm 114
[7]Drs. Atang
Abdul Hakim, MA., Filsafat Umum dari Metologi Sampai teofiologi, Bandung
: pustaka setia, 2008, hlm 287
[8]Franz
Magnis-Suseno, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997, hlm. 144
[9] M. Amin
Abdullah, Antara Ghozali dan Kant Filsafat Etika Islam, (Bandung: Mizan, 2002),
hlm.99-101
Tidak ada komentar:
Posting Komentar