Selasa, 21 Agustus 2018

Nilai Prespektif Kant


     oleh : Edi Mulyono
     A.    Pendahuluan
Pandangan Immanuel Kant mengenai etika tak kalah menariknya. Menurutnya etika bersifat fitri. Meskipun demikian, sumbernya tidak bersifat rasional ataupun teoritis. Bahkan, menurut kant, ia bukan urusan nalar murni, juustru apabila manusia menggunakan nalarnya dalam berusha merumuskan eika ia dengan sendirinya tidak akan sampai pada etika yang sesungguhnya disamping bakal berselisih satu sama lain mengenai mana baik dan mana buruuk etika yang bersifat rasional bukan lagi etika, akan tetapi bisa terjebak dalam untung rugi. Dengan kata lain perbuatan etis dapat menghasilkan keuntungan bagi pelakunya, tetapi juga bisa mengakibatkan kerugian baginya. Immanuel Kant mengatakan bahwa etika adalah urusan nalar praktis artinya pada dasarnya nilai-nilai moral itu sudah ada pada diri manusia sebagai kewajiban, kecenderungan manusia untuk berbuat baik misalnya suudah ada pada diri manusia. Manusia pada intinya hanya menunaikan kecenderungan diri dalam setiap perbuatannya.
      B.     Kehidupan Immanuel Kant
Immanuel Kant dilahirkan sebagai anak keempat dari seorang pembuat pelana kuda Konigsberg pada 1724 M. Beberapa nenek moyangnya datang dari skotlandia ke jerman. Dia berkembang dalamsuasana kekristenan yang sholeh, dimulai 1740 ia mengkaji filsafat, matematika, dan teologi di konigsberg. Dari tahun 1747 sampai tahun 1755 terdorong untuk membiayai hidupnya sendiri setelah kematian ayahnya. Dia bekerja sebagai guru pribadi dalam bebrapa keluarga pada akhir periode ini ia ditunjuk ebagai dosen pada sebuah universitas. Dua kali ia melamar menjadi guru besar filsafat di konisberg namun ia gagal, pada tahun 1764 ia menolak menjadi guru besar sastra di konigsberg, akhirnya pada 1770 dia diangkat menjadi guru besar logika dan metafisika.pada tahun 1796 dia berhenti memberi kuliah dengan alasan telah tua, pada tahun 1798 kesehatannya menurun, dan pada tahun 1804 dia meninggal dalam keadaan pikun.[1]
Immanuel Kant bertubuh sangat kecil, kurus, berdahi rata, bahu kanannya lebih tinggi dari pada bahu kiri. Dia lemah pada dasarnya sehat/
    C.     Tujuan Filsafat Immanuel Kant
Melalui Filsafatnya kant bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan. Agar supaya maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Rasionalisme mengira telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja. Ternyata bahwa empirisme, sekalipun dimulai dengan ajaran yang murni tentang pengalaman, tetap melalui idealisme subjektif bermuara pada suatu skeptisisme yang radikal. Nah, kant bermaksud mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni.[2]
      D.    Karya-karya Immanuel Kant
Karya kant dibagi menjadi dua bagian, bagian praktis dan bagian kritis, pada masa prakritis 1746-1770 kant menulis pelbaga masalah dari bidang ilmu alam, ilmu pasti, dan ilmu filsafat. Kemudian selama 11 tahun kant tidak menulis apapun. Itulah saat pikiran kant berubah.[3]
Kant sendiri menulis bahwa empirisme filsuf skotlandia david hume membangunkannya dari tidur dogmatisnya hume telah mendestruksikan anggapan filsafat sebelumnya bahwa paham-paham seperti subtansi atau sebab dapat ditemukan dalam realistis empiris. Yang pasti menurut hume adalah yang empiris. Dan itu berarti pengetahuan kita tidak lebih dari sderetan kesan-kesan indrawi saja. Kant mengambil alih dan sekaligud mengatasi titik tolak hume itu. Menurutnya hume betul dalam kritik terhadap filsuf sebelumnya, akan tetapi ia tidak betul dalam pengetahuan manusia.
Setelah karya pertamanya diterbitkan pada usia dua puluh dua (1764) terdapat masa jeda selama delapan tahun sejak itu hingga seterusnya diikuti karya-karya lain. Kecuali dari tahun 1770 hingga tahun 1781saat nyaris ia tidak memplubikasikan karyanya  meskipun paada dasarnya ia adalah penulis produktif, akan tetapi kant diam pada saat itu. [4]
Karyanya yang menegakkan popularitasnya secara definitif adalah Kritik de reinen vernunfi (critique of pure reason) diterbitkan pada tahun 1781
Suatu garis pemisah yang jelas digambarkan antara karya kritiis dan praktis. Dimulai pada tahun 1781 (pada saat itu kant berusia 57 tahun). Karya-karya selanjutnya di selesaikan dalam waktu yang singkat. Karya saelanjutnya adalah prolegomena zu einer jeden kunftigen metaphysik (prolegomena to any future metaphysics) pada 1783.
Karya kant tentang etika atau filsafat praktis  cukup banyak. Dua tahun setelah publikasi prolegomena, dia mulai menulis filsafat etikanya. Buku pertama yang muncul adalah grundlegunk zur metafisik der siten(grown work of the metafisik of moral) pada 1785,tiga tahun berikutnya 1788 dia menerbitkan kritik der praktisum farnun(criticue of practical preason) yang dikenal dengan sercon criticue, karya2 lain yang memiliki keterkaitan dengan teori etika kant adalah kritik der kraft (criticue of man) yang dipublikasikan pada tahun  1790.[5]
     E.     Pemikiran Immanuel Kant
Filasafat yang di kenal dengan kritisisme adalah filsafat yang di introdusir oleh Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak.[6]
Kant mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni dan memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan dengan menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Gagasan ini muncul karena pertanyaan mendasar dalam dirinya, yaitu Apa yang dapat saya ketahui? Apa yang harus saya lakukan? Dan Apa yang boleh saya harapkan?.
Filsafat Kant disebut sebagai filsafat kritis, karena pemikirannya mengkritik pandangan empirisme dan rasionalisme sebagai dua pandangan yang bertentangan dalam filsafat, terutama sejak renaisans dan pencerahan. Kant kemudian menyatakan bahwa kedua pandangan ini berat sebelah. Kant berusaha menganalisis syarat-syarat serta batas-batas kemampuan rasional manusia serta dimensinya yang murni teoritis dan praktis-etis dengan menggunakan rasio itu sendiri. Titik tolak analisis kant bertolak dari analisis terhadap kegiatan akal-budi, lalu mencoba memahami kemampuan serta batas-batas akal budi itu. Analisi itu bersifat kritis dan bukan psikologi dengan mencari daya/potensi yang berperan dalam proses ilmiah. Analisisnya lebih bersifat kritis logis yang meneliti hubungan antar unsur-unsur isi pengertian satu sama lain.
Kritisisme Immanuel Kant sebenarya telah memadukan dua pendekatan alam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran substanstial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan tolok ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata dan rasional, sebagaimana mimpi yang nyata tetapi “tidak real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.
            Dengan pemahaman tersebut, rasionalisme dan empirisme harusnya bergabung agar melahirkan suatu paradigma baru bahwa kebenaran empiris harus rasional, sebagaimana kebenaran rasional harus empiris. Jika demikian, kemungkinan lahir aliran baru yakni rasionalisme empiris.
      a )      Macam-macam Kritik Menurut Immanuel Kant
1.      Kritik Atas Rasio Murni
Adapun  Inti  dari  isi buku yang  berjudul Kritik atas Rasio Murni  adalah sebagai berikut:
a.       Kritik atas akal murni menghasilkan sketisisme yang beralasan.
b.      Tuhan yang sesungguhnya adalah kemerdekaan dalam pengabdian pada yang  di cita-citakan. Akal praktis adalah berkuasa dan lebih tinggi dari pada akal teoritis.
c.       Agama dalam ikatan akal terdiri dari moralitas. Kristianitas adalah moralitas yang abadi
2.      Kritik Atas Rasio Praktis
            Rasio  praktis adalah rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan, atau dengan kata lain, rasio yang memberi perintah kepada kehendak kita. Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberi perintah yang mutlak yang disebutnya sebagai imperatif  kategori.
3.      Kritik Atas Daya Pertimbangan
            Kritik atas daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti persesuaian kedua kawasan itu. Hal itu terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan). Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif.
Adapun Inti dari Critique of  Judgment (Kritik atas pertimbangan) adalah sebagai berikut:
·         Kritik atas pertimbangan menghubungkan diantara kehendak dan pemahaman.
·         Kehendak cernderung menuju yang baik, kebenaran adalah objek dari  pemahaman.
·         Pertimbangan yang terlibat terletak diantara yang benar dan yang baik
·         Estetika adalah cirinya tidak teoritis maupun praktis, ini adalah gejala yang ada pada dasar subjektif.
·         Teologi adalah teori tentang fenomena, ini adalah bertujuan: (a) subjektif (menciptakan kesenangan dan keselarasan) dan (b) objektif (menciptakan yang cocok melalui akibat-akibat dari pengalaman).[7]
    b)      Moralitas menurut kant
Moralitas menhyangkut  hal yang baik dan buruk, akn tetapi bukan sembarang baik dan buruk. Menurut bahasa kant moralitas adalah apa yang baik menurut dirinya sendiri, yang baik tanpa batas sama sekali. Kebaikan moral adalah yang baik dari segala segi tanpa pembatasan jadi yang baik bukan hanya dari segala segi, melainkan baik begitusaja.
Menurut kant kehendak baik adalah kehendak yang mau melakukan kewajiban. Suatu pengada yang murnirohani (tidak berbadan) yang semata-mata ditentukan oleh akal budi, tidak memerlukan paham kewajiban, ia  dengan sendirinya akan bertindak sesuai dengan akal budi. Akan tetapi ia bukan roh murni manusia juga punya hawa nafsu yang bersaing dengan akal budi dengan dorongan batin, kebutuhan fisik dan psikis. Jadi tindakannya yang rasional atau tindakan menurut akal budi bersaing dengan tindakan yang menyesuiakan dengan segala kondisi indrawi alami. Manusia tidak hanya tertasrik untuk bebuat baik, juga ia bisa berbuat jahat.[8]
Ada tiga kemungkinan orang melakukan kewajiban. Yang pertama orang melakukan kewajiban karena hal itu menguntungkan, misalnya ia mendapat nama baik kepada langgangannya, kedua ia melakukan kewajiban karena karena ia merasa langsung terdorong dalam hatinya, misalnya ia membantu orang yang menderita karena tergerak hatinya merasa kasihan, ketiga orang melakukan kewajiban karena demi kewajiban tersebut, jadi ia melakukannya karena ia memenuhi apa yang sudah menjadi kewajibannya.
Menurut kant, hanya kehendak yang ketiga inilah yang bener-benar dikatan moral.
Kebaikan jasmaniah dan kebaikan alami
Penalaran moral kant mensyaratkan dan secara sistematis memasukan tujuan-tujuan manusia yang bersifat alamiah atau fisik kedalam objek rasio murni praktis, karena dia beragumentasi bahwa rasio membatasai dan mengondisikan pencarian kita dan atas tujuan-tujuan alamiah kita sendiri, dan menuntut tujuan-tujan alamiah orang lain tunduk kepada kemauan kondisi alamiah rasional universal yang sama. Dari tujuan-tujuan yang terbatas ini dan bersyarat ini kant menurunkan komponen bersyarat kedua tentang kebaikan tertinggi yang dinamakan kebaikan alamiah.
Suatu mahluk terbatas adalah suatu mahluk dengankebutuhan-kebutuhan suatu mahluk dengan kodratnya itu memiliki kecenderungan dan keinginan inderawi keinginan ini menyediakan mahluk rasional terbatas dengan tujuan-tujuan alamiah. Tujuan-tujuan yang di perkirakan dapat mendahului setiap ketentuan kehendak melalui rasio. Tujuan ini dipersatukan oleh rasio sebagai sebagai kebijaksanaan menjadi ide tentang kebahagiaan
Rasio sebagai kebikjasanaan mendefinisikan kebaikan alamiah bagi manusia mendahului pertimbangan moral apapun. Sepanjang seseorang mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi suatu tindakan demi kebahagiaan atau ketidakbahagiaan pribadinya sendiri ia tidak berkaitan dengan moralitas atas tindakannya.
Kebahagiaan, kebaikan, kesejahteraan alamiah manusia dapat dicakupkan dalam atau dikeluarkan dari objek rasio murni praktis. Seseorang yang mendapatkan kesenangan dalam kerja atau orang menikmati manfaat dari pekerjaannya jelas berhak atas kebahagiaan yang dinikmatinya. Dan kebahagiaan itu tercakup dalam tujuan tindakan moralnya. Kebahagiaan orang yang berhak sedemikian itu merupakan kebaikan bagi moralitas, sesuatu yang secara moral menuntuk kita untuk mencarinya. Disisi lain kebahagiaan yang dimiliki oleh pencuri yang zalim yang dengan mengabaikan kewajiban-kewajibannya terhadap keluarga dan masyarakatnya mencuri uang dengan jumlah yang besar hidup bercukupan di negeri lain sama sekali bukan kebaikan moral. Kebahagiaan yang di milikinya yang jauh dari kebaikan moral merupakan kejahatan moral menurut kant.[9]
Tahap-tahap proses pengetahuan menurut Emanuel Kant
1   .      Penampakan pada obek
2   .      Intuisi
3   .      Persepsi
4   .      Pengalaman

Pandangan Emanuel Kant tentang nilai
Dapat di lihat dari pemikiran Emanuel Kant bahwa ia termasuk kalangan subyektif  tentang nilai. karena ia lebih menekankan peran akal tentang mengambil keputusan akan tetapi tidak sama dengan kalangan subyektif yang lain. Emanuel Kant lebih dari itu. Karena ia melihat sesuatu bernilai pada suatu hal bahwa sebenarnya jika orang memandang tentang suatu hal maka akan dibawa kepada akal budi yakni lebih dalam dari akal, lewat akal budi tersebut orang akan mengambil keputusan apakah hal itu bernilai atau tidak. Dan peran objek hanya sebagai obyek saja seluruhnya di serahkan kepada akal budi yang ada pada subyek.  Menurut Emanuel Kant bahwa akal budi manusia ada dua yakni akal budi teoritis dan akal budi praktis, dengan akal budi teoritis manusia mendapatkan pengetahuan dari pengalaman empiris. Dengan akal budi praktis manusia menggunakannya untuk bertindak yaitu memutuskan untuk bertindak mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk. Nah, dengan akal budi teoritis inilah kant mendapatkan informasi dari indera tentang obyek, akan tetapi dengan akal budi praktis ini kant memutuskan tindakanya dan menilai tentang obyek yang ia dapat dari pengalaman empiris dan inderawi.     
     F  .      Penutup
Tiga karya pemikiran Immanuel Kant yang sangat penting merupakan kritik atas rasio murni, kritik atas rasio praktis, kritik atas pertimbangan. Ketiga karyanya inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran filosof sesudahnya, yang mau tak mau menggunakan pemikiran kant. Karena pemikiran kritisisme mengandung patokan-patokan berfikir yang rasional dan empiris
Moralitas menyangkut  hal yang baik dan buruk, akan tetapi bukan sembarang baik dan buruk. Menurut bahasa kant moralitas adalah apa yang baik menurut dirinya sendiri, yang baik tanpa batas sama sekali. Kebaikan moral adalah yang baik dari segala segi tanpa pembatasan jadi yang baik bukan hanya dari segala segi, melainkan baik begitusaja.
Menurut Emanuel Kant bahwa akal budi manusia ada dua yakni akal budi teoritis dan akal budi praktis, dengan akal budi teoritis manusia mendapatkan pengetahuan dari pengalaman empiris. Dengan akal budi praktis manusia menggunakannya untuk bertindak yaitu memutuskan untuk bertindak mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk

      G.    Daftar Pustaka

M. Amin Abdullah, Antara Ghozali dan Kant Filsafat Etika Islam, Bandung: Mizan, 2002
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta : Prenada Media, 2008
Franz Magnis-Suseno, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997
Drs. Atang Abdul Hakim, MA., Filsafat Umum dari Metologi Sampai teofiologi, Bandung : pustaka setia, 2008


[1] M. Amin Abdullah, Antara Ghozali dan Kant Filsafat Etika Islam, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 33
[2]Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta : Prenada Media, 2008, hlm 116
[3] Franz Magnis-Suseno, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997, hlm 137
[4] M. Amin Abdullah, Antara Ghozali dan Kant Filsafat Etika Islam, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 34

[5] Ibid..hlm. 34
[6]Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta : Prenada Media, 2008, hlm 114

[7]Drs. Atang Abdul Hakim, MA., Filsafat Umum dari Metologi Sampai teofiologi, Bandung : pustaka setia, 2008, hlm 287
[8]Franz Magnis-Suseno, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997, hlm. 144
[9] M. Amin Abdullah, Antara Ghozali dan Kant Filsafat Etika Islam, (Bandung: Mizan, 2002), hlm.99-101

Tidak ada komentar:

Posting Komentar