Selasa, 21 Agustus 2018

Al-Quran dalam Prespektif Arthur Jeffery


PENDAHULUAN
Oleh : Ghunniyah

 Orientalisme dalam studi Al-ur’an telah melewati sejarah panjang dan mengalami pergeseran-pergeseran epistemologis. Qur’anic studies sejak era Johan al-Dimasqi ( 650-750) hingga abad tujuh belas dapat dikatakan sebagai bentuk apologi-apologi missonaris.
Pada abad ke-18 M, Qur-anic studies mengarah pada arus yang relative obyektif sejak kemunculan Islamolog, seperti George Sale dan Andrianus Relandus. Mereka hendak menyelamatkan Islam dami image buruk di Barat.
Dalam makalah ini yang berjudul “Tokoh orientalisme Atrhur Jeffry” yang mana didalamnya akan membahas mengenai biografi, pemikiran-pemikirannya terutama dalam masalah The Qur’an as scripture dan The foreign vocabulary of the Qur’an. Semoga dapat memberikan sedikit gambaran dan pemahaman dari seorang tokoh orientalisme Arthur Jeffry, tulisan ini tak lupus dari kesalan penulis.

PEMBAHASAN

A.    Biografi Arthur Jeffry
Arthur Jeffery lahir di kota Melbourne pada tanggal 18 Oktober 1892 dan meninggal 2 Agustus 1959 di  South Milford (Nova Scotia, Canada), dalam keluarga Kristen Metodis. Ia menyelesaikan pendidikan S1 (1918) dan S2 (1920) di kota kelahirannya, yaitu Universitas Melbourne. Ia kemudian berangkat ke Madras untuk mengajar di Akademi Kristen Madras (Madras Christian College). Di akademi inilah ia bertemu Pendeta Edward Sell (1839-1932), seorang missionaries yang jauh lebih senior sekaligus menjabat sebagai dosen. Dialah yang pada pertemuan selanjutnya menjadi pemicu Jeffery untuk mengkaji historisitas al-Qur’an.
Setelah sekitar setahun mengajar di Madras, Jeffery mendapat tawaran dari Dr.Charles R. Watson, Presiden pertama American University di Kairo, untuk menjabat sebagai staf di fakultas School of Oriental Studies (S.O.S). Pada tahun 1921, Jeffery berangkat ke Kairo dan menjadi staf junior di Fakultas School of Oriental Studies. Staf-staf lain terdiri dari tokoh misionaris bertaraf internasional seperti Earl E. Elder, William Henry, Temple Graidner. dan Samuel Marinus Zwemer, pendiri Konferensi Umum Misionaris Kristen sekaligus pendiri jurnal The Muslim World. Tidak lama setelah berada di Kairo, Zwemer mengangkat Jeffery sebagai Editor Pembantu (Associate Editor) untuk jurnal The Muslim World.Sekalipun pada saat itu Jeffery baru bergelar M.A.[1]
Jeffery banyak sekali menuangkan gagasannya dalam Jurnal The Muslim World. Hampir sebagian besar artikelnya diterbitkan dalam jurnal tersebut. dia menulis untuk pertama kalinya dalam jurnal tersebut mengenai “Eclecticism in Islam” (1922). Pada tahun 1923, Jeffery menyelesaikan masa bujangannya dengan mengawini Elsie Gordon Walker, sekretaris bosnya, Dr. Charles R. Watson. Pada tahun 1929, Jeffery mendapat gelar Doktor dari Universitas Edinburgh dengan anugerah yang sangat istimewa (with special honors).
Arthur Jeffery menggunakan kajian filologi dan kritik teks. Pendekatan yang digunakan merupakan salah satu bagian dari pendekatan Historis-kritis.
 
B.     Pemikiran Arthur Jeffry
1.      The Qur’an as Scripture[2]
Surat al-Fatihah menurut Jeffery bukan bagian integral dari surat-surat Alquran(it was not originally part of the text). Menurutnya, Fatihahini hanyalah merupakan susunan doa (prayer composed) sebagaimana buku suci lainnya dalam agama-agama di Timur Dekat.Pendapat Jeffery tersebut selain menyandarkan pada pendapat sesama orientalis, yaitu Noldeke, dia juga menyandarkan pemikirannya ini pada pendapat ulama Islam, yaitu Abu Bakar al-Asham yang dikutip oleh ar-Razi.[3]
Nama lain dari al-Fatihah sebutan al-Razi adalah al-asas karena salah satu alasannya, dia merupakan surat pertama dari Alqur’an.Tetapi, penulis menemukan apa yang Jeffery maksud, yaitu di dalam kitab Ghara’ib al-Qur’an wa Ghara’ib al-Furqan. Memang, al-A'sham itu berpendapat, bahwa :
عن أبي بكر الأصم أنه قال كان ابن مسعود لا يكتب في مصحفه فاتحة الكتاب

Bersumber dari Abu Bakar Ash-Sham bahwasanya, ia berkata keberadaan Ibnu Mas’ud tidak tidak menulis Al-Fatikhah dalam mushafnya. 
Tetapi pada kitab tersebut jelas alasannya, bahwa a-A'sham memahami QS al-Hijr [15]: 87 dan dia menganggap bahwa huruf al-wawu (و)pada kata Al-quran Adhim sebagai huruf athaf(sambung), maka konsekuensinya menurut dia adalah:
“Dan huruf Athaf wajib berubah, maka wajib pula eksistensi as-sab’u al-matsani bukanlah Al-Qur’an.
Asumsi dasar dari metode-kritis historis ini adalah teks al-Qur’an, sebagaimana teks-teks “kitab suci” lainnya telah mengalami perubahan-perubahan. Selain tidak memiliki autografi dari naskah asli, wajah teks asli juga telah dirusak (berubah), sekalipun alasan perubahan itu demi kebaikan. Manuskrip-manuskrip awal al-Qur’an, misalnya, tidak memiliki titik dan baris, serta ditulis dengan khat Kufi yang sangat berbeda dengan tulisan yang saat ini digunakan. Jadi, teks yang diterima (textus receptus) saat ini, bukan Fax dari al-Qur’an yang pertama kali. Namun, ia adalah teks yang merupakan hasil dari berbagai proses perubahan ketika periwayatannya berlangsung dari generasi ke generasi di dalam komunitas masyarakat.[4]
Jeffery, orientalis Australia, juga memiliki magnum opus berjudul The Qur’an as Scripture. Studi komparatifnya mengantarkan pada kesimpulan bahwa sejatinya tidak ada kitab suci yang sakral, tetapi tindakan komunitas umat beragama (the action of community) yang membuat sebuah kitab suci menjadi sakral dan terkuduskan. Al-Qur`an, Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, Avesta, Veda dan lain-lain, telah menjadi ecriture (al-kitab al-muqaddas) lantaran semata-mata disakralkan oleh para pemeluk agama.
Arthur Jeffery merupakan salah seorang tokoh orientalis yang mengkaji tentang al-Qur’an. Dimana yang kita tahu bahwa para sarjana Barat ketika mengkaji al-Qur’an adalah mengenai sejarahnya yang menurutnya kajian al-Qur’an merupakan kajian utama. Menurut Jeffery, tidaklah ada yang istimewa mengenai sejarah al-Qur’an yang mana menurutnya sejarah tersebut sama dengan sejarah kitab-kitab suci yang lainnya. Al-Qur’an dianggap suci padahal sudah banyak mengalami beberapa tahap. Dalam pandangan Arthur Jeffery, sebuah kitab dianggap suci karena tindakan masyarakat. Dari tindakan masing-masing agamalah yang menjadikan sebuah kitab itu suci. Penduduk Kuffah misalnya, yang menganggap bahwa Mushaf Abdullah Ibn Mas’ud sebagai al-Qur’an edisi mereka. Penduduk Basrah menganggap Mushaf  Abu Musa, penduduk Damaskus menganggap Mushaf Miqdad ibn al-Aswad, dan penduduk Syiria dengan mushaf  Ubayy bin Ka’ab.[5]
Pendapat Arthur Jeffery sebenarnya merupakan suatu refleksi dari agama Kristen yang dianutnya. Dimana dalam ajaran Kristen, Bible merupakan sebuah persoalan yang tidak mungkin untuk diselesaikan lagi. Hal ini disebabkan karena teks asli sudah tidak ada lagi dan terdapat beragam versi yang tidak mungkin didamaikan. Dengan menggunakan metode kritis-historis, para Orientalis menganalisa sejarah teks al-Qur’an dari zaman Rasulullah saw sampai tercetaknya teks al-Qur’an.
Dalam pandangan Jeffery, ketika Muhammad hidup. Ia menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada niatan untuk menghimpun wahyu ke dalam sebuah mushaf. Sehingga dari sinilah muncul suatu upaya untuk menjatuhkan dan menyamakan bacacaan al-Qur’an yang dikenal dengan model mushaf utsmani.[6]
a.       Al-Qur’an pada masa Rasulullah
Menurut Jeffery, ketika Muhammad masih hidup, materi wahyu belumlah dihimpun dan disusun. Meskipun dalam hal ini Muhammad telah merekam sejumlah materi wahyu, namun al-Qur’an yang sudah dihimpun ini tidaklah ada bukti ketika Muhammad wafat. Jeffery mengatakan pula bahwa pada awalnya sebenarnya para sahabat tidak merasa perlu untuk menghimpun wahyu dan menurutnya kebutuhan itu muncul ketika para sahabat menghadapi situasi yang baru.[7]Denganberpendapatsepertiini, Jeffery inginmenunjukkanbahwa Muhammad tidakpunyaambisisedikitpununtukmenghimpunwahyudalamsebuahmushaf.[8]
b.      Al-Qur’an pada zaman Abu Bakar
Dalam pandangan Jeffery, bahwa teks yang dihimpun pada masa ini bukanlah teks revisi resmi. Karena menurutnya, teks tersebut merupakan koleksi pribadi untuk khalifah Abu Bakar. Jeffery meragukan jika Abu Bakar memang menghimpun mushaf. Jeffery menegaskan bahwa banyak mushaf lain yang beredar dan beredar di berbagai wilayah. Diantaranya, Salim Ibn Mu’qib, Ali Ibn Talib, Anas Ibn Malik, Abu Musa al-Ash’ari, Ubay Ibn Ka’ab dan Abdullah Ibn Mas’ud. [9]
c.       Mushaf pra-Utsmani
Menurut Arthur Jeffery, ada dua kategori uatam dari mushaf-mushaf yang diklasifikannya, yaitu mushaf primer dan sekunder. Menurutnya terdapat 15 Mushaf primer dan 13 Mushaf sekunder.[10] Beberapa mushaf primer dan sekunder, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mushaf-mushaf primer:
a) Mushaf Salim ibn Ma’qil
b) Mushaf Umar ibn Khaththab
c) Mushaf Ubay ibn Ka’ab
d) Mushaf ibn Mas’ud
e) Mushaf Ali ibn Abi Thalib
2. Mushaf-mushaf sekunder
a) Mushaf Alqama ibn Qais
b) Mushaf al-Rabi’ ibn Khutsaim
c) Mushaf al-Harits ibn Suwaid
d) Mushaf al-Aswad ibn Yazid
e) Mushaf Hiththan
Banyaknya Mushaf pra-Utsmani menunjukkan bahwa pilihan Utsman terhadap tradisi teks Madinah tidaklah berarti pilihan terbaik. Dari klasifikasi mushaf primer dan sekunder di atas, Jeffery mengomentari beberapa mushaf di dalamnya, diantaranya adalah:
1)      Mushaf Abdullah Ibn Mas’ud
Kritikan Jeffery, bahwa al-Fatihah bukanlah bagian dari al-Qur’an. Ia adalah do’a yang diletakkan di depan dan dibaca sebelum membaca al-Qur’an. Asumsi lain yang dikatakan oleh Jeffery adalah Abdullah Ibn Mas’ud menganggap bahwa surat an-Nas dan al-Falaq tidaklah termasuk dalam al-Qur’an. Selain itu, ada dua versi berbeda mengenai Mushaf Ibn Mas’ud yakni versi yang dikemukakan ibn Nadim dalam Fihris berbeda dengan versi as-Suyuti dalam Itqan.
2)      Mushaf Ubay Ibn Ka’ab
Dalam hal ini, Jeffery berpendapat bahwa mushaf tersebut memiliki persamaan dengan Mushaf Ibn Mas’ud dan mengandung dua ekstra surat: al-Hafd dan al-Khala’.
d.      Al-Qur’an pada zaman Utsman bin Affan
Pada umumnya para orientalis menyalahkan tindakan Utsman yang menutup perbedaan. Menurut Jeffery, sebenarnya terdapat beragam mushaf yang beredar diberbagai wilayah kekuasaan Islam. Mushaf-mushaf tersebut berbeda dengan Mushaf Utsmani. Jadi ketika Mushaf Utsman dijadikan satu teks standart yang resmi dan digunakan untuk seluruh wilayah kekuasaan Islam, maka hal tersebut menurutnya tidaklah terlepas dari alasan-alasan politis.[11]
      2.      Foreign Vocabulary of the Qur’an
Dalam hal ini, jeffery ingin menganalisis secara kritis terhadap al-Qur’an. Menurutnya hal ini belum dilakukakn oleh mufassir Muslim dengan memuaskan. Jeffery mengklaim bahwa tafsir al-Qur’an yang dilakukan oleh para mufassir Muslim tidak kritis dan belum memuaskan karena menurutnya tidak memuat pengaruh bahasa asing.
Menurut Jeffery, mengetahui kosa kata al-Qur’an adalah sebuah keharusan untuk memahami al-Qur’an itu sendiri. Disebabkan kosa kata al-Qur’an banyak mengandung kosa kata asing, maka untuk mengetahui kosa kata asing tersebut merupakan keharusan bagi yang ingin memahami al-Qur’an.
Arthur Jeffery, seorang orientalis Australia Amerika,dalam tulisannya bertitel A Variant Text of the Fatihah, dia menyimpulkan hasil analisanya bahwa, surat al-Fatihah bukanlah bukanlah integral dari surat-surat Al-Qur’an.
Dalam karyanya mengenai kosa kata asing dalam Al-Qur’an, Misalnya kata الرحمن yang terdapat dalam Al-Fatikah ini berasal dari bahasa Hebrew. Sedangkan menurut Al-Mubarrad dalam Asy-Syuyuthi berasal dari Ibraniyyah asalnya dengan al- Kha (خ) .[12]
Jeffery mempublikasikan kosa kata asing dalam Al-quran yang berasal dari bahasa Aramaic-Syriac group bahasa Semit ini sampai 322 kosa kata.Begitu pula dengan Pengetahuan ilmu Qira'ah-nya, Jefferybersama Bergsträsser mendalamin ilmu Qira'ah ini di Kairo.

      a.       Kata مالك (ayat 4)
Dalam Al-Qur’an kata مالك menggunakan huruf min dan huruf alif yang dibaca panjang.
·         Menurut Ibn Mas’ud ra, Umar bin Khattab r.a dan ‘Aisyah r.a مليك يوم الدين
·         Menurut Ubai bin Ka’ab مليك يوم الدين
·         Menurut Ali nin Abi Thalib ملك يوم الدين
  
      b.      Ayat 5إيّاك
Menurut Jeffry dan Ubai bin Ka’ab dibaca dengan tanpa tasydid.
·         Jumhur Sab’ah            إياك نعبد وإياك نستعين
·         Abu Fayyid اياك نعبد واياك نستعين

      c.       Kata اهد نا  ayat 6
Kata ihdina dalam Al-Qur’an menurut Jeffry, Ibn Mas’ud membacanya arsyadna , Ali r.a dan Ubai bin Ka’ab membacanya tsabitna dan Ubai adakalanya membaca dzulna.
Beberapa ragam bacaan:
·         Jumhur Sab’ah            الصّراط المستقيم  اهدنا
·         Ali dan Ubai bin Ka’ab    ثبتنا الصّراط المستقيم
·         Ibn Mas’udأرشدنا الصّراط المستقيم
·         Tsab al-Banani بصرنا الصّراط المستقيم

      d.      Kata صراط / الصّراط (ayat 6/7)
·         Abi Amru, Jumhur      الصّراط المستقيم   
·         Ja’far bin Muhammad صراط المستقيم   
·         Mujahid, Ibn Katsir    السّراط المستقيم    
·         Zaid bin Ali     صراطا مستقيما
·         Umar bin Khattab       صراط من أنعمت عليهم      
  
3.      Ragam bacaan al-Qur’an
Jeffery menggunakan metodologi orientalis dan menolak cara kritis kaum Muslimin dalam menganalisis isnad. Jeffery berpendapat bahwa tidak adanya tanda titik dalam Mushaf Utsmani berarti merupakan peluang bebas bagi pembaca untuk memberikan tanda sendiri sesuai dengan konteks makna ayat yang dipahami..
4.      Al-Qur’an Edisi Kritis
Menurut Jeffery, al-Qur’an memiliki banyak kelemahan dimana ia berkeinginan untuk menyususn sebuah al-Qur’an dengan bentuk yang baru yang kemudian disebut dengan al-Qur’an edisi kritis. Pandangan Jeffery format al-Qur’an edisi kritis tersebut memiliki empat jilid. Jilid pertama, mencetak teks Hafs yang diklaim sebagai textus receptus. Teks tersebut akan direkontruksi menurut sumber-sumber terlama, yang berkaitan dengan tradisi Hafs. Teks tersebut akan dicetak menurut nomor ayat Flugel. Jilid kedua, berisi pengenalan (introduction). Jilid ketiga, dilengkapi dengan anotasi-anotasi, yang pada dasarnya merupakan komentar terhadap apparatus criticus. Adapun jilid keempat, berisi kamus al-Qur’an.[14]          
KESIMPULAN

Pemikiran-pemikiran Arhur Jeffry dalam bukunya yang berjudul The Qur’an as scripture  yang didalamnya berisi mengenai Al-Qur’an, bahwa sejatinya tidak ada kitab suci yang sakral, tetapi tindakan komunitas umat beragama (the action of community) yang membuat sebuah kitab suci menjadi sakral dan terkuduskan. Al-Qur`an, Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, Avesta, Veda dan lain-lain, telah menjadi ecriture (al-kitab al-muqaddas) lantaran semata-mata disakralkan oleh para pemeluk agama.
Kemudian dalam buku yang berjudul The foreign vocabulary of the Qur’an, membahas mengenai kosa kata-kosa kata asing didalam Al-Qur’an menurut Atrhur Jeffry di dalam Surah Al-Fatikhah pada Kata مالك (ayat 4), Ayat 5إيّاك , Kata اهد نا  ayat 6, Kata صراط / الصّراط (ayat 6/7), Kata غير (ayat 7) terdapat banyak perbedaan pendapat dikalangan Jumhur dan Shahabat dalam membacanya.
      
DAFTAR PUSTAKA

Arthur Jeffry. 2007. Arhur Jeffry Papers 1920-1959 .Columbia University Library.
Muslih. Membedah Pemikiran Atrhur Jeffry seputar variasi teks Al-Fatikha. Bandung:UIN Sunan Gunung Jati.
Jurnal Al-Bayyan, Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1,1 (Juni, 2016)
M.Syarifuddin, Anwar. 2011. Kajian Orientalis terhadap Al-Qur’an dan Hadits .UIN Syarif Hidayatullah.
Syamsudin Arif.2014. Orientalis dan Diabolisme Pemikiran. Jakarta: Gema Insani.
PDF,Sejarah Kodifikasi al-Qur’an: Telaah Atas Pemikiran Arthur Jeffery
Abdul Karim, Pemikiran Orientalis Terhadap Kajian Tafsir Hadis, STAIN Kudus, Jurnal Addin, Vol. 7, No. 2, Agustus 2013.
Arthur Jeffery. 1937. Materials for the History of the Text of the Qur’an. Leiden: E.J. Birll.


[1] M.Syarifuddin, Anwar,  Kajian Orientalis terhadap Al-Qur’an dan Hadits ,(UIN Syarif Hidayatullah).2011,hlm.12
[2]  Syamsudin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, (Jakarta: Gema Insani,2008),hlm.36
[3]  Ibid,hlm.37
[4]  Siti Zubaidah,”Pemikiran Arthur Jeffry” Hermeneutik, Vol.7 No.2. Desember 2013,hlm.8
[5]  Rahmawati ,”Sejarah Kodifikasi al-Qur’an: Telaah Atas Pemikiran Arthur Jeffery,hlm.3.
[6]Abdul Karim, Pemikiran Orientalis Terhadap Kajian Tafsir Hadis, STAIN Kudus, Jurnal Addin, Vol. 7, No. 2, Agustus 2013.hlm.317.
[7]PDF,Sejarah Kodifikasi al-Qur’an: Telaah Atas Pemikiran Arthur Jeffery,hlm.4.
[8] Arthur Jeffery, Materials for the History of the Text of the Qur’an, (Leiden: E.J. Birll, 1937), hlm. 5-6
[9]Op.cit,hlm.4.
[10]Abdul Karim,Op.Cit.hlm.319.
[11]PDF,Sejarah Kodifikasi al-Qur’an: Telaah Atas Pemikiran Arthur Jeffery,hlm.4-7.
[12]  Jurnal Al-Bayyan, Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1,1 (Juni, 2016)
[13]  Muslih, Membedah Pemikiran Atrhur Jeffry seputar variasi teks Al-Fatikha (Bandung:UIN Sunan Gunung Jati)
[14]Ibid,hlm.8-9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar