Senin, 21 Mei 2018

Memaknai Puasa di Era Milenial

Puasa adalah Al-Imsak yang berarti menahan. Bagi Al-Ghazali, puasa hanya menahan makan-minum adalah level terbawah. level tengah-tengah adalah menahan hawa nafsu. hawa nafsu secara sederhana dapat diartikan sbg keinginan diri, dan hal ini yang condong kepada hal-hal yg tercela. perbuatan tercela adalah debatable, setiap individu mungkin memiliki ragam prespektifnya dalam menilai. Namun, dari beragam prespektif itu: dengki, hasut, ujaran kebencian, provokatif, mendapatkan kesepakatan bersama. oleh karena itu, jika kita ingin naik level puasa ramadhan yg tiap tahun dilaksanakan dan belum tentu tahun besok bisa, mari tahun ini kita berusaha sebaik mungkin untuk menggapainya dg menahan diri dari dengki, hasut, ujaran kebencian, provokatif.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
قَالَ أَحْمَدُ أَفْهَمَنِي رَجُلٌ إِسْنَادَهُ

artinya : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Al Maqburi dari Ayahnya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan kotor, melakukan hal itu dan masa bodoh, maka Allah tidak butuh (amalannya) meskipun dia meninggalkan makanan dan minumannya (puasa)." Ahmad berkata; Seorang laki-laki memahamkanku tentang isnad hadits ini (HR Bukhori, No 5597).

Secara implisit, ujaran dan atau perbuatan kotor, terlebih bagi yang tau itu adalah tercela, namun karena dorongan-dorongan diri: bisa kepentingan apapun itu, dia tetap berujar dan melakukannya, Niscaya dia hanya mendapatkan kelaparan dan kehausan belaka.

Dalam hadis diatas, الجهل mengindikasikan kuat bahwa ujaran dan perbuatan itu adalah sengaja, atas kesadaran diri. Sehingga, dengan ujaran yang tidak sengaja, maka tidak dalam bagian khitab atau pembahasan hadis ini.

Di Era milenial, hadis tersebut juga dapat dipegangi bagi jiwa-jiwa muda yang hidupnya dalam keseharian sangat intens dengan dunia digital dan media sosial. Ujaran kebencian, provokatif, issu SARA yang sengaja kita sebar dengan sengaja melalui dunia digital dan media sosial, maka akan menjumudkan posisi puasa kita pada level yang terbawah, tidak ada perubahan dari tahun ke tahun.

oleh karena itu, jika puasa tidak bisa menahan diri kita dari ujaran dan perbuatan tercela, apalagi yang bisa mencegahnya? Jika tidak tahun ini, kapan lagi kita bisa naik level puasanya? karena hidup bukanlah kita kreator utama, hidup kita diputuskan oleh Sang Maha Kreator.

Level ketiga adalah level tertinggi dan hanya orang-orang tertentu yang bisa menjalaninya. pada level ini, tidak hanya meninggalkan makan-minum, perbuatan yang didorong nafsu tercela, tetapi juga harus meninggalkan yang lain kecuali Allah SWT (ما سوى الله).

oleh karena itu, kita sudah beberapa kali diberi kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadlan, nah, seyogyanya, puasa kita tidak pada level terbawah terus, jika demikian, kita bukanlah manusia yang progresif, selalu menanamkan dalam hati bahwa hari ini lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini, kita manusia pemalas, yang sangat rugi, rugi dan rugi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar