Kamis, 19 April 2018

Mengenal Aquinas: sang revelusioner filsafat agama awal

Sekapur Sirih
Menurut sejarah perkembangan dunia islam dan pengetahuan, pada masa abad
pertengahan merupakan masa dimana perkembangan pengetahuan di belahan dunia Barat
tidak berkembang secara baik. Pada masa itu, pengetahuan mengalami masa suram.
Dalam keadaan seperti ini, St. Thomas Aquinas terlahir sebagai pencerah. Beliau
menyumbangkan hasil pikirannya berupa filsafat teologi yang diyakini dan digunakan
sebagai rujukan pengembangan pengetahuan filsafat hingga kini.
Filsafat-filsafatnya didasari oleh prinsip-prinsip dan teori Aristotelisme (prinsip-
prinsip yang dicetuskan oleh Aristoteles). Selain menganut prinsip-prinsip Aristotelisme,
St. Thomas Aquinas dalam mencetuskan filsafat-filsafatnya tidak terlepas dari pengaruh
dan pengetahuan yang beliau dapatkan dari karya-karya Neoplatimisme maupun
Augustinus dan pelajaran dari Albertus Magnus.

Tulisan sederhana ini ingin mengupas secara singkat pemikiran Aquinas diatas.
Pembahasan
*Pemikiran Aquinas dalam Teologi*
Aquinas mendasarkan filsafatnya pada kepastian adanya Tuhan. Ia mengetahui
banyak ahli teologi percaya pada adanya Tuhan hanya berdasarkan pendapat umum. Ada
juga akal teologi yang menganggap eksistensi Tuhan tidak dapat diketahui dengan akal,
itu hanya diketahui berdasarkan iman.
Menurut Aquinas, eksistensi Tuhan dapat diketahui oleh akal. Untuk
membuktikan pendapatnya ini ia mengajukan 5 dalil (argumen):

1. Diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak. Di dalam alam ini segala sesuatu
bergerak. Dari sini dibuktikan Tuhan ada. Bierman dan Gould (1973:639) menamakan
argumen ini argumen gerak. Jelas sekali bahwa alam ini bergerak. Setiap yang bergerak
pasti digerakkan oleh yang lain sebab tidak mungkin suatu perubahan dari potensialitas
begerak ke aktualitas bergerak tanpa ada peenyebabnya, dan penyebab itu tidak mungkin
ada pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, tidak mungkin sesuatu bergerak sendiri.
Gerakan adalah perubahan dari potentia ke actus; potentia tanpa sebab lain tidak
mungkin actus. Akan tetapi timbul persoalan: bila sesuatu bergerak hanya karena ada
penggerak yang menggerakkannya, tentu penggerak itu pun memerlukan pula penggerak
di luar dirinya. Bila demikian, terjadilah penggerak berangkai yang tidak terbatas.
Konsekuensinya ialah tidak ada penggerak. Menjawab persoalan ini Aquinas
mengatakan bahwa justru karena itulah maka sepantasnya kita sampai pada penggerak
pertama, yaitu penggerak yang tidak digerakkan yang lain Itulah Tuhan.

2. Sebab-Akibat. Di dalam dunia inderawi kita saksikan adanya sebab yang mencukupi.
Tidak ada sesuatu yang mempunyai sebab pada dirinya sendiri. Suatu kejadian adalah
akibat dari suatu penyebab dan penyebab itupun merupakan akibat dari penyebab-
penyebab lainnya. Demikian seterusnya sampai ditemukan penyebab awal. jika tidak ada
penyebab awal, tidak akan terjadi rangkaian akibat sesudahnya. Atau, rangkaian kejadian
tersebut tidak mungkin tanpa penyebab awal. Penyebab awal itu adalah Tuhan.

3. Argumen kemungkinan atau keharusan (possibility and necessity) (Bierman Gould). Di
dalam ini segala sesuatu bersifat mungkin ada dan mungkin tidak ada. Adanya alam ini
bersifat mungkin8. Kesimpulan itu kita ambil karena kenyataannya isi alam ini dimulai
tidak ada, lalu muncul, lantas berkembang, akhirnya rusak atau menghilang. Kenyataan
itu, yaitu alam berkembang menuju hilang, membawa kita kepada konsekuensi bahwa
alam ini tidak mungkin selalu ada karena ada dan tidak ada tidak mungkin menjadi sifat
sesuatu sekaligus dalam waktu yang sama. Bila sesuatu tidak mungkin ada, ia tidak akan
ada. Nah, mestinya sekarang ini tidak ada sesuatu.
Ini berlawanan dengan kenyataan. Kalau demikian, harus ada sesuatu yang ada sebab
tidak mungkin muncul yang Ada Pertama itu tidak ada. Sebab, bila pada suatu waktu
tidak ada sesuatu, maka tidak mungkin muncul sesuatu yang lain. Jadi, Ada Pertama itu
harus ada karena adanya alam dan seisinya ini. Akan tetapi, Ada Pertama itu, Ada yang
harus ada itu, darimana? Terjadi lagi rangkaian penyebab. Kita harus berhenti pada
penyebab yang harus berhenti pada penyebab yang harus ada; itulah Tuhan.

4. Memperhatikan tingkatan yang terdapat pada alam ini (Bierman Gould: 640).
Isi alam ini masing-masing berkelebihan dan berkekurangan, miaalnya dalam hal
kebaikan , keindahan, kebenaran. Ada orang yang dihormati, ada yang lebih dihormati,
ada yang terhormat. Ada indah, lebih indah, terindah. Tingkatan tertinggi menjadi sebab
tigkatan dibawah-Nya. Yang Mahasempurna, Yang Mahabenar, adalah sebab bagi
sempurna dan benar pada tingkatan dibawah-Nya. Karena itu, Tuhan merupakan
tingkatan tertinggi. Begitu juga tentang ada. Tuhan memiliki sifat Ada yang tertinggi; da
ada yang di bawahnya disebabkan oleh Ada yang tertinggi itu.

5. Berdasarkan keteraturan alam (Bierman Gould: 640-641). Kita saksikan isi alam
dari jenis yang tidak berakal bergerak atau bertindak menuju tujuan tertentu, dan
pada umumnya berhasil mencapai tujuan itu, sedangkan mereka tidak mempunyai
pengetahuan tentang tujuan itu. Dari situ kita mengetahui bahwa benda-benda itu diatur
oleh sesuatu, dalam bertindak mencapai tujuannya. Sesuatu yang tidak berakal mestinya
mungkin tidak mampu mencapai tujuan. Nyatanya mereka mencapai tujuan. Ia tidak
mungkin seandainya tidak ada yang mengarahkan mereka. Yang mengarahkan itu pasti
berakal dan mengetahui. Kita lihat anak panah diarahkan oleh pemanah. Yang mengarahkan alam semesta dan isinya ini harus ada, harus berakal dan berpengetahuan. Itulah Tuhan.
Ajaran berdasarkan konsep (Plato dan Augustinus ).segala sesuatu yang
diciptakan mengambil bagian dalam adanya Allah:
1. Dunia tercipta bukan dari semacam bahan dasar, tetapi tergantung dari Allah.
2. penciptaan tidak terbatas pada satu saat saja, berarti penciptaan berjalan terus.
3. Pemikiran Aquinas tentang Jiwa

Menurut Aquinas jiwa dan raga mempunyai hubungan yang pasti: raga
menghadirkan matter dan jiwa menghadirkan form, yaitu prinsip-prinsip hidup yang
aktual. Kesatuan antara jiwa dan raga bukanlah terjadi secara kebetulan. Kesatuan itu
diperlukan untuk terwujudnya kesempuraan manusia. jiwa ialah kapasitas intelektual
(pikir) dan kegiatan vital kejiwaan lainnya. Oleh karena itu, Aquinas mengatakan bahwa
manusia adalah makhluk berakal. jiwa harus membimbing raga karena jiwa lebih tinggi
daripada raga.
Jadi, manusia itu satu substansi saja. Satu substansi sedemikian rupa sehingga
jiwalah yang menjadi bentuk badan (anima foma corporis). Dengan perkataan lain,
jiwalah yang membuat tubuh menjadi realitas. Jiwa menjalankan aktivitas-aktivitas yang
melebihi sifat badani belaka. Aktivitas itu adalah berpikir dan berkehendak. Keduanya itu
merupakan aktivitas rohani. Ini sesuai dengan prinsip agere sequitur esse yang artinya
cara bertindak itu sesuai dengan cara beradanya. Karena jiwa bersifat rohani, maka
setelah manusia mati, jiwanya hidup terus.

Sekalipun jiwa memiliki kesatuan (jiwa itu satu), ia dapat dibagi dalam
kemampuannya ; kemampuan mengindera (sensation), kemampuan berpikir (reason),
nafsu (appetitte) yang mencakup kemauan. Kedudukan jiwa dalam badan, menurut
Aquinas, hanya bergantung secara ekstrinsik. Aquinas berpendapat bahwa jiwa itu bersifat immortal. Menurutnya jiwa manusia itu tidak dapat rusak. Sesuatu dapat rusak
karena dua sebab: sebab dari dirinya dan sebab dari luar.
Dengan mengikuti ajaran Kristen, Aquinas berpendapat bahwa jiwa akan hidup
kembali sesudah kematiannya dan ia akan disatukan dengan jasad12.ini berarti bahwa
jiwa tetap mempunyai keterarahan pada badan (materi) . Ajaran ini jelas akan sulit
dibenarkan oleh seorang filsuf yang mencari kebenaran atas dasar rasio belaka13. Ini
berlawanan dengan Aristoteles dan ajaran ini berselisih dengan ajaran Ibn Rusyd14.

*Pendapat Aquinas tentang Kosmologi

Di dalam kosmologi Aquinas ialah pandangannya tentang matter dan form.
Menurut pendapatnya, matter tidak dapat terpisah dari form. Bila terpisah, maka akan
terdapat kontradiksi sebab matter itu tidak jelas. Misalnya: setiap benda terdiri atas bahan
(matter) dan sifat (form). kalau kita misalkan dengan sepotong emas, maka zat (matter)
emas ialah bendanya itu, sedangkan kuningnya emas ,susunan kimianya, dan lain-lainnya
adalah sifat (form).
Teori Santo Thomas Aquinas adalah teori Hylomorphism. Teori tersebut
menekankan penciptaan dari satu matter dan satu
form. Matter dan form adalah konsep metafisika dalam penciptaan yang sama-sama
penting. Tidak ada benda nyata jika tidak mempunyai matter atau form. Matter dan form
merupakan sebuah prinsip kesatuan yang harus ada dalam benda-benda realitas dunia.
Ketiga adalah permasalahan pada pengertian kedua kata
formless. Materi tersebut diciptakan oleh Tuhan dengan mempunyai form atau bentuk
dasar. Hal itu mempunyai pengertian bahwa materi mempunyai sifat yang abadi dengan
Tuhan. Seharusnya, bendabenda atau segala sesuatu yang berasal atau ciptaan Tuhan
tidak abadi. Apakah materi tersebut Tuhan sendiri atau sesuatu yang dekat dengan Tuhan
yang mempunyai sifat yang sama yaitu abadi.
Struktur “essentia dan exintentia” (essentia=essensi=haikat),
(existential=ekstensi=beradanya). Essensi “what is”(apakah sesuatu itu), eksistensi
“that it is”(sesuatu itu ada). Perbedaan antara manusia dengan malaikat menurut
Aquinas ialah karena malaikat tidak mempunyai tubuh, jadi tidak mempunyai
matter. Mereka semata-mata form16, tetapi punya struktur “essensi dan eksistensi”
(karena diciptakan). Allah tidak punya struktur ‘essensi-eksistensi’ dan tunggal
bukan majemuk (esse subsistems) sedangkan manusia mempunyai matter dan
form.

*Teori pengetahuan Aquinas*

Dalam seluruh teorinya tentang pengetahuan, Aquinas dibimbing oleh
pandangannya bahwa pikir (reason) dan iman tidak bertentangan17. "manusia
mempunyai suatu alat yang di milikinya berdasarkan kodrat alam yang tidak
dipunyai oleh mahlukmahluk lainnya. Alat itu ialah "akal" atau "fikiran" (reason,
rede)" (Apandi, 1977 :29)18
Menurut pendapatnya, semua objek yang tidak dapat diindera tidak akan
dapat diketahui oleh akal. Oleh karena itu, kebenaran ajaran Tuhan itu tidak
dapat diketahui dan diukur oleh akal. Kebenaran ajaran Tuhan itu hanya bisa
diterma dengan iman.
Aquinas mengajarkan bahwa kita harus menyeimbangkan akal dan iman:
akal membantu membangun dasar-dasar filsafat Kristen. Perlu disadari bahwa
akal tidak dapat memberikan penjelasan tentang kehidupan kembali (resurrection)
dan penebusan dosa. Akal juga tidak akan mampu membuktikan kenyataaan esensial tentang keimanan Kristen . oleh karena itu, ia berpendapat bahwa dogma-
dosma Kristen itu tepat sebagaimana yang disebutkan dalam firman-firman
Tuhan.
Aquinas membagi pengetahuan menjadi tiga bagian: pengetahuan fisika,
matematika, dan metafisika. Dari yang tiga ini metafisikalah yang lebih banyak
perhatiannya, yang menurut pendapatnya dapat menyajikan abstraksi tingkat
tertinggi (mayer: 461).
Di dalam doktrinnya tentang pengetahuan, Aquinas adalah realis moderat.
Ia tidak sependapat dengan Plato yang mengajarkan bahwa alam semesta ini
mempunyai eksistensi yang objektif. Ia mengajarkan bahwa alam semesta ini
berada dalam tiga cara, yaitu :
1. Sebagai sebab-sebab didalam pemikiran Tuhan (ante rem)
2. Sebagai idea dalam pikiran manusia (post rem)
3. Sebagai esensi sesuatu (In rem).
Dapat dicatat disini bahwa Aquinas mencoba menjembatani dua ekstrimitas :
extreme nominalism dan exreme realism. Nominalisme adalah suatu ajaran dalam
filsafat skolastik yang menyatakan bahwa tidak ada eksistensi abstrak yang
sungguh-sungguh objektif; yang ada hanyalah kata-kata dan nama; yang benar-
benar real ialah fisik yang particular ini saja (Runes : 210). Realism ialah salah
satu ajaran dalam filsafat yang mengatakan bahwa realitas universal abstrak sama
dengan atau lebih tinggi daripada realitas (Runes : 264).
Aquinas melakukan harmonisasi antara dua ekstrem itu dengan cara
memperlihatkan bahwa alam semesta ini mempunyai berbagai pengertian bila
diterapkan pada Tuhan,manusia, dan alam. Sains menurutnya,berkenaan dengan
alam jenis ketiga, yaitu lam sebagai esensi. Konsep-konsep sains tidak a priori
sebab manusia dilhirkan tidak membawa idea-idea material. Menurut pendapat
Aquinas, pikiran tidak akan berisi apa-apa bila tidak menggunakan indera. Proses
pengetahuan dimulai dari penginderaan, yang memberikan kepada kita persepsi
tentang suatu objek di alam. Persoalan yang dihadapkan kepada Aquinas ialah
bagaimana persepsi itu diterjemahkan kedalam idea-idea yang dapat dipikirkan.
Untuk menyelesaikan masalah ini Aquinas menggunakan Aquinas menggunakan

istilah intelek aktif (active intelect) yang bertugas mengabstrasikan unsur-unsur
dalam alam semesta, lalu menciptakan jenis-jenis yang dapat dipikirkan. Intelek
itulah yang memberikan kepada kita keadaan susunan alam semesta. Melalui
intelek aktif kita dapat memahami prinsip-prinsip pertama yang menga tur semua
kenyataan.

*Etika Aquinas*

Nilai etika tertinggi pada etika Aquinas ialah kebaikan Tertinggi.
Kebaikan tertinggi itu menurut pendapatnya tidak mungin dapat dicapai dalam
kehidupan sekarang. Kita harus menungggu hari kelak tatkala kita memperoleh
pandangan yang sempurna tentang tuhan19. Pandangan etika Aquinas
menekankan superioritas kebaikan keagamaan. Karenanya ia banyak membahas
iman. Ia toleran terhadap orang-orang yang tidak beriman dan bekerja sama
dengan mereka , tetapi ia juga terang-terangan menuduh ia kafir. Orang-orang
kafir itu akan mengalamilepas hubungan dengan Tuhan. Bila mereka terus saja
demikian mereka akan matI dalam hukuman. Tentang kematian yang demikian
gereja tidak akan memberikan hukuman , tetapi dunia akan memberikan
hukuman.
Dasar kebaikan ialah kemurahan hati (charity) yang menurut Aquinas
lebih dari sekadar kedermawaan atau belas kasihan. Kemurahan hati itu terdapat
dalam jiwa yang penuh cinta. Cinta kepda Tuhan datang pertama kali, dari situ
muncul cinta kepada selain Tuhan. Akan tetapi konsep nya tentang cint tidak
menyeluruh karena tidak mencakup orang kafir




*Teori politik Aquinas*


Menurut Aquinas moral sebagai idea pemerintahan.keadaan Negara tidak
dapat dipisahkan dari sifat sosial manusia. Dari Aristoteles ia mengenal istilah
manusia hewan yang berpolitik (mayer 464. Karena manusia manusia tidak
dilengkapi untuk mempertahankan diri sebagaimana perlengkapan binatang, maka
manusia memerlukan kebersamaan dengan manusia lain dalam mencapai tujuan-
tujuannya.
Salah satu kebenaran yang diajarkan hukum alam (juga dengan hukum
ilahi) adalah sosialitas manusia. Keluarga menurut Aquinas adalah hal yang alami.
Setiap individu tidak akan dapat memenhi kebutuhan dan mmperoleh
kesejahteraannya sendiri. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa negara
merupakan bagian terlengkap dari sosialitas. Meskipun pencapaian kesepakatan
diantara banyak individu merupakan suatu hal yang sulit akan tetapi meneguhkan
atau membentuk kesatuan dan menciptakan kedamaian merupakan kondisi-
kondisi awal yang dibutuhkan seandaianya masyarakat (yang dibimbing oleh
gereja) ingin menempuh usaha terpenting yaitu memperoleh keselamatan dalam
kehidupannya.

Di dalam teori Aquinas itu anggapan bahwa kehidupan manusia ada di
surga; disana keadaannya manusia tanpa kesalahan dan tanpa dosa warisan. Dari
sisni lahirlah anggapan bahwa keluarga adalah sesuatu yang amat esensial dalam
masyarakat dan meruapkan institusi yang tidak dapat berubah. Timbul pula
anggapan pada para penulis zaman itu bahwa sejarah dimulai dari ketinggian,
kehormatan, dan eksistensi yang memuaskan.
Menurut penulis abad pertengahan, manusia itu menemui anarki,
perpecahan,dan permusuhan. Melalui organisasi kelompoklah manusia dapat
menjamin kehidupannya yang lebih aman.
Menurut Aquinas hukum dibagi menjadi empat macam, yaitu hukum
abadi, hukum alam, hukum Tuhan, dan hukum manusia. Harus ada hukum yang
pasti dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta; inilah yang dimaksud dengan hukum abadi, yaitu suatu rencana (blue print) yang mengatur penciptaan
dan pengaturan alam semesta ini.

*Tentang Gereja*

Di dalam filsafat agama, Aquinas mengatakan bahwa manusia tidak akan
selamat tanpa perantaraan gereja. Dalam hal ini sama dengan Augustinus : outside
the church no salvation can be found (mayer: 362). Sakramen-sakramen gereja itu
mempunyai dua tujuan:
1. Menyempurnakan manusia penyembahan kepada Tuhan
2. Menjaga manusia dari dosa.
Baptis mengatur permulaan hidup, penyesalan (confirmation) untuk
keperluan pertumbuhan manusia, dan sakramen maha kudus (eucharist) untuk
menguatkan jiwa. Dosa dapat dihilangkan dengan dua cara : dengan penebusan
dosa (penance) maksudnya penyesalan terhadap dosa-dosa dan dengan
perminyakan suci (exreme unction) yang mempersiapkan kehidupan abadi.

*Dua Macam kesatuan menurut Aquinas*

Meskipun Thomas Aquinas (1226-1274) hanya mencapai umur 48 tahun, tetapi
hasil karya nya sangat banyak sekali21. Pemikirannya selalu tajam, analitis, to the point.
Dimana ia membicarakan masyarakat dan Negara, Thomas menguraikan dua cara sesuatu
dapat dapat merupakan kesatuan yang sangat relevan bagi masalah kita. Ia membedakan
dua macam unum (kesatuan). Unum in se dan unum ordinis.
Unum in se berarti : satu pada diri sendiri. Sesuatu itu merupakan “satu pada diri
sendiri” apabila sesuatu itu sedemikian bersatu sehingga dapat bertindak sendiri dan
bagian-bagiannya hanya dapat ada dan bertindak sebagai satu itu, biasa disebut kesatuan
substansial. Contohnya adalalah: organisme ,meskipun organisme terdiri dari banyak
bagian, namun ia bertindak sebagai satu dan berada sebagai satu. Sebaliknya, bagian-bagiannya, organ-organnya tidak daoat bereksistensi diluar kesatuan dengan organisme
mereka dan tidak dapat.
Sedangkan unum ordinis (“kesatuan tatanan”) adalah kesatuan antara beberapa
unum in se yang terarah kepada tujuan yang satu. Jadi, unum ordinis terdiri dari substasi-
substnsiyang seenarnya berdiri sendiri, yang mandiri tetapi tersusun, tau menyusun diri
sedemikian rupa sehingga membentuk tatanan (“ordo”). Mereka bisa meninggalkan
kesatuan tatanan itu dan bertindak sendiri.
Thomas membuat distingsi antara dua kesatuan itu untuk menjelaskan dalam arti
apa masyarakat dan Negara merupakan kesatuan. Ia menegaskan bahwa semua satuan
atau struktur sosial merupakan unum ordinis bukan unum per se. ia memperlihatkan hal
itu antara lain dengan menunjukkan bahwa fungsi masyarakat dan Negara hanya
sementara (selama manusia hiduo di dunia ini ), sedangkan manusia individual ada untuk
selama-lamanya (karena sesudah mati dipanggil kesisi Tuhan.
Thomas juga memperlihatkan bahwa masyarakat tidak boleh dianggap sebagai
organisme dengan anggota-anggotanya sebagai organ. Masyarakat tidak mempunyai
eksistensi diluar anggota-anggotanya. Ia tidak mempunyai sebuah jiwa sendiri. Tujuan
masyarakat adalah kesempurnaan warga-warga nya dan bukan sebaliknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar