Islam adalah agama samawi terakhir yang lahir dimuka bumi ini, agama tersebut banyak membawa ajaran-ajaran untuk diimani oleh seluruh manusia sebagai objek dakwahnya. Salah satu ajarannya adalah hari kebangkitan. Namun banyak masyarakat yang menolak ajaran tersebut dikarenakan hal tersebut bersifat g}aib, tidak bisa diindrawi. Mereka menganggap hal itu adalah sebuah khayalan belaka.
Untuk membuktikan kebenaran hari kebangkitan dan menyanggah penolakan mereka, Islam memberikan bukti-bukti tersebut melaui perantara lisan Nabi Muhammad Saw(Hadis), salah satunya adalah dengan menganalogikan hari kebangkitan dengan sesuatu yang kasat mata, yaitu kedatangan musim semi atau perubahan bumi subur dan indah menjadi gersang dan tandus. Seperti halnya hadis riwayat Imam Ahmad ibn Hanbal yang termuat dalam kitabnya, Musnad Ahmad ibn Hanbal.
Berangkat dari fakta tersebut, maka pokok penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: pertama, bagaimana kualitas dan kehujjahan hadis yang membahas tentang analogi hari kebangkitan dengan musim semi? kedua, Bagaimana makna yang terkandung dalam hadis tersebut dan implementasinya dalam kaitannya dengan realita kekinian?
Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi ma’an al-h}adi>s yang coba dikembangkan oleh Musahadi Ham metodologinya kemudian di princi ke dalam ke dalam tiga tahap kerangka kerja, yaitu: kritik historis, kritik eidetis, dan kritik praksis dengan melewati tahap dokumentasi, klasifikasi dan restrukturasi data. Data yang ada selanjutnya di analisis dan dilakukan interpretasi sesuai dengan masing-masing sub-bab pembahasan.
Hasil kajian ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: pertama, dilihat dari sisi otentisitas hadis tersebut atau kualitas-kuantitas sanad maka hadis tersebut berstatus hadis sahih-ahad.
Kedua, secara tekstual, makna yang terkandung adalah menginformasikan hari kebangkitan, dimana makhluk telah mati semua akan di bangkitkan seperti kejadian tumbuhnya tumbuh-tumbuhan bersemi pada musim semi atau seperti halnya perubahan bumi yang gersang menjadi subur karena adanya kesamaan kandungan zat antara tubuh manusia dengan tumbuhan maupun bumi. Penyamaan tersebut wajar dilakukan oleh Nabi, mengingat kondisi tanah Arab berada di gurun gersang dan tandus sehingga penggambaran hari kebangkitan dengan peristiwa faktual pada musim semi lebih mempercepat Bangsa Arab untuk meyakini adanya hari kebangkitan. Secara historis, hadis tersebut adalah sebuah argumen Islam terhadap keingkaran manusia, terutama masyarakat Arab jahiliyyah terhadap hari kebangkitan. Secara universal, makna tersebut menunjukkan kebangkitan akan dialami oleh roh maupun raga dengan proses dan tahapan seperti peristiwa yang dialami oleh tumbuh-tumbuhan.