Setiap
umat Islam selalu merindukan untuk bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dan
kerinduan untuk bertemu itulah yang membawa mereka untuk mengenal lebih jauh
dari sosok yang dirindukan. Hal itu wajar, Nabi Muhammad SAW merupakan manusia terpilih
dari pilihan manusia yang ada di muka bumi. Islam dan al-Quran telah berhutang
budi kepadanya meskipun keterpilihan Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Ilahiyah
tidak dapat dihindarkan. Atas keterpilihannya pula, Nabi Muhammad SAW
mendapatkan “hadiah spesial” dari Allah SWT, yaitu berbagai
keistimewaan-keistimewaan yang tidak dapat diperoleh manusia tidak terpilih,
bahkan berbeda juga dengan manusia pilihan-pilihan lainnya, seperti keistimewaan
Nabi Ibrahim, Musa, Isa dan sebagainya.
Dalam
kajian Islam, untuk mengenal lebih dekat Nabi Muhammad, keistimewaan-keistimewaan,
peristiwa-peristiwa yang terjadi dan semua kehidupan Nabi Muhammad SAW biasa
diistilahkan dengan mempelajari Sirah Nabawiyah. Secara leksikal, sirah dalam kamus
al-munawwir diartikan sebagai perjalanan dan memiliki padanan kata dengan الذكر
و السمعة (Nama,
Reputasi, Kemasyhuran), السلوك (Tingkah Laku), القصة
(Kisah),
التاريخ(Sejarah, Cerita), الطريق
و المذهب (Jalan,
Cara) dan الهيئة (Bentuk, Rupa). Secara terminologi, sirah
nabawiyyah adalah Ilmu untuk mempelajari Kehidupan Nabi Muhammad SAW;
Biografi, Keistimewaan-keistimewaan, Kepribadian, Tingkah Lakunya, Kisah
perjalanan, Metode yang digunakan oleh Nabi (Dakwah, Mendidik, dan Bertabligh),
dan Cerita-cerita terkait para Sahabatnya.
Sekilas,
sirah nabawiyyah sama halnya dengan kajian tokoh-tokoh lainnya, seperti
kajian biografi kehidupan tokoh pada umumnya. Namun apakah benar mengkaji Nabi
melalui Sirah Nabi hanya sekedar untuk mengetahui kehidupan Nabi beserta
keistimewaan-keistimewaannya saja?
Ahmad
‘Ubaydi Hasbillah mengatakan:
“tujuan utama
mempelajari sirah nabawiyyah bukanlah sekedar mengungkap peristiwa-peristiwa bersejarah
tentang Muhammad. Ia juga bukan untuk menonjolkan sisi-sisi superioritasnya
dibanding manusia lainnya. Mengkaji sirah nabawiyyah haruslah diarahkan
pada pengungkapan nilai-nilai historis dan -sekali lagi- bukan fakta-fakta
historis belaka”
Dengan
demikian, bahwa mengkaji sirah nabawiyyah tidak sama dengan kajian tokoh
pada umumnya. Lebih rinci, Ajid Thohir membuat beberapa tujuan yang dicapai
dalam mengkaji sirah nabawiyyah, yaitu:
1.
Memahami Kepribadian Nabi Muhammad.
2.
Memperoleh potret ideal dari tipe-tipe ideal yang berhubungan
langsung dengan aspek-aspek kehidupan
3.
Sebagai jalan untuk memahami ayat-ayat al-Quran dan tujuan-tujuan
diturunkannya
4.
Memperoleh pengetahuan Islam yang benar
5.
Memperoleh potret idela (uswah hasanah) dalam menjalani
kehidupan
6.
Membenarkan dan meyakini keistimewaan-keistimewaan yang diperoleh
Nabi Muhammad
Dengan demikian, sudah sangat jelas tujuan dari sirah
nabawiyyah dengan kajian tokoh lainnya, bahkan dengan beberapa cara
penulisan kehidupan tokoh yang sudah ada, seperti manaqib, tarjamah, dan
thabaqat.
Model
|
Struktur
|
Obyek
|
Tokoh
|
Fokus
|
Sirah
|
Kelahiran, keluarga, perjuangan, keberhasilan,
dan kematian
|
Nabi Muhammad SAW
|
Personal
|
Perjalanan hidup yang lengkap dan
dalam.
|
Thabaqat
|
Sepintas kelahiran dan pendidikan,
keistimewaan, keahlian, pemikiran.
|
Sahabat, Komunitas, Ilmu, Mahzab.
|
Komunal Personal
|
Pengelompokan kehidupan generasi,
profesi keahlian, atau mahzab
|
Tarjamah
|
Kelahiran, sepintas perkembangan,
perjuangan, keahlian dan kematian
|
Tokoh tertentu, biografi Umum
|
Personal
|
Biografi singkat seseorang. Digunakan
dalam pengenalan ringkas
|
Manaqib
|
Sepintas kelahiran, perjalanan
keilmuan, keistimewaan, kepribadian, karamah, nasehat, perjuangan, ajaran
|
Tokoh Sufi dan Fikih
|
Personal
|
Kumpulan karamah, bersifat empirik-non
empirik, spiritualitas.
|
Oleh karena itu, mengkaji sirah nabawiyyah harus
memperbanyak data-data dari pembacaan al-Quran, tafsir, hadis-hadis Nabi,
kitab-kitab sirah dan data sejarah, sosial dan kebudayaan. Dengan memperbanyak
data bacaan di atas, maka tidak hanya sosok Nabi yang akan tergambarkan sebagai
sosok Nabi dan Rasul, tetapi sosok Nabi lainnya serta potret ideal Islam
praksisnya seperti apa.
Daftar Bacaan:
Ajid Thohir, Sirah Nabawiyyah: Nabi Muhammad SAW dalam Kajian Ilmu Sosial-Humaniora, Bandung: Penerbit Marja, 2014
Ahmad
‘Ubaydi Hasbillah, "Sirah Nabawiyyah dan Demitologisasi Kehidupan Nabi", dalam Journal of Qur'an dan Hadith Studies, Vol. 1, No. 2, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar